Lihat ke Halaman Asli

Yuyun Srimulyati

Guru, Pelatih Daerah/trainer PPKB Kemenag RI bidang profesional 2 (Publikasi Ilmiyah), pegiat literasi, public relation

Wacana Revitalisasi Kereta Api Rancaekek-Tanjungsari Sumedang: Solusi Atasi Kemacetan dan Tingkatkan Konektivitas

Diperbarui: 19 Oktober 2024   23:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar jembatan cincin Jatinangor dokpri

Pendahuluan 

Naik kereta api tut...tut...tut...

Siapa hendak turut

Ke Bandung-Surabaya

Bolehlah naik dengan percuma.

Ini adalah sebait lagu anak-anak yang kerap dinyanyikan di Taman Kanak-Kanak untuk tema tranportasi. Betapa serunya naik kereta api.

Namun untuk di di jantung Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, tersembunyi sebuah kisah bisu yang terukir dalam batu bata dan rel-rel usang. Staats spoorwegen Tanjungsari, saksi bisu masa lalu kolonial Hindia Belanda, kini tengah bersiap untuk kembali menggemakan kisah kejayaannya. Namun ini baru sebuah wacan. Namun rumah-rumah tinggal di pinggir jalan SS (Staatsspoorwegen) sudah banyak yang dibongkar dan ditinggalkan pemiliknya karena sudah ada patok biru yang artinya sudah mendekati pelaksanaan program yang entah berapa tahun lagi. Kami hanya merindukan suasana kisah si kuda besi melintas di wilayah tempat tinggal kami.

Lahirnya Rangkaian Besi di Tanah Pasundan

Pada masa penjajahan Belanda, pembangunan infrastruktur menjadi salah satu fokus utama. Jalur kereta api, sebagai urat nadi perekonomian, pun dibangun merambah ke berbagai wilayah, termasuk Tanjungsari. Stasiun Tanjungsari, yang kala itu masih bernama Stasiun Tanjong Sari, didirikan dengan tujuan utama mengangkut hasil perkebunan dari kawasan Jatinangor yang subur.

Perkebunan teh, kopi, dan kina tumbuh subur di tanah Jatinangor. Hasil panen yang melimpah kemudian diangkut dengan kereta api menuju pelabuhan untuk diekspor ke berbagai penjuru dunia. Stasiun Tanjong Sari menjadi pusat aktivitas yang sangat sibuk, menyaksikan lalu lalang gerbong-gerbong penuh muatan dan para pekerja yang hilir mudik. 

Kemunduran dan Keheningan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline