Lihat ke Halaman Asli

Yuyun Srimulyati

Guru, Pelatih Daerah/trainer PPKB Kemenag RI bidang profesional 2 (Publikasi Ilmiyah), pegiat literasi, public relation

Di Balik Tagar #Desperate : Kisah Pilu Pencari Kerja di Era Digital

Diperbarui: 9 Oktober 2024   18:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pendahuluan

Dalam lanskap digital yang semakin kompetitif, platform profesional seperti LinkedIn menjadi medan pertempuran bagi para pencari kerja. Munculnya tagar #desperate di LinkedIn menjadi sorotan menarik, merefleksikan tingkat keputusasaan yang dirasakan oleh banyak individu, terutama generasi muda, dalam upaya mencari pekerjaan.

Apa itu #Desperate di LinkedIn?

Tagar #desperate di LinkedIn bukanlah sekadar tren semata. Ini adalah bentuk ekspresi jujur dari para pencari kerja yang merasa tertekan oleh persaingan yang ketat dan sulitnya mendapatkan pekerjaan yang sesuai. Dengan menggunakan tagar ini, mereka secara terbuka mengakui kesulitan yang mereka hadapi dan berharap dapat menarik perhatian para pemberi kerja.

Problematika di Balik Tagar #Desperate

  • Persaingan yang Sangat Ketat: Jumlah pencari kerja yang terus meningkat, sementara ketersediaan lapangan kerja tidak seimbang, menciptakan persaingan yang sangat ketat.
  • Ekspektasi yang Tinggi: Perusahaan seringkali memiliki standar yang tinggi untuk calon karyawan, termasuk pengalaman kerja yang relevan, keterampilan teknis yang mumpuni, dan soft skills yang baik.
  • Teknologi yang Berkembang Pesat: Perkembangan teknologi yang cepat menuntut para pekerja untuk terus belajar dan menguasai keterampilan baru, sehingga mereka yang tidak mampu beradaptasi akan tertinggal.
  • Tekanan Mental: Proses mencari kerja yang panjang dan melelahkan dapat menimbulkan stres dan kecemasan yang signifikan pada pencari kerja.
  • Stigma Negatif: Penggunaan tagar #desperate dapat memunculkan stigma negatif dan membuat pencari kerja merasa rendah diri.

Kisah Pilu Pencari Kerja di Era Digital

Di balik tagar #desperate, terdapat banyak kisah pilu dari para pencari kerja. Mereka berjuang keras untuk mendapatkan pekerjaan, namun seringkali harus menghadapi penolakan berulang kali. Beberapa di antaranya bahkan rela mengambil pekerjaan di bawah kualifikasi mereka demi mendapatkan penghasilan.

  • Dampak Sosial dan Ekonomi

    Fenomena #desperate tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada masyarakat secara keseluruhan. Tingkat pengangguran yang tinggi dapat memicu masalah sosial seperti kemiskinan, kriminalitas, dan ketidakstabilan mental. Selain itu, perusahaan juga dapat mengalami kesulitan dalam menemukan tenaga kerja yang berkualitas.

  • Solusi yang Perlu Dilakukan

    Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak:

    • Pemerintah: Meningkatkan program pelatihan dan pengembangan keterampilan, menciptakan lapangan kerja baru, dan memberikan dukungan finansial bagi pencari kerja.
    • Perusahaan: Memperluas kesempatan kerja, memberikan pelatihan bagi karyawan, dan mengubah budaya kerja yang lebih inklusif.
    • Institusi Pendidikan: Mempersiapkan lulusan agar memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja.
    • Individu: Mengembangkan jaringan profesional, meningkatkan keterampilan, dan menjaga semangat positif.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline