Lihat ke Halaman Asli

Yuyun Srimulyati

Guru, Pelatih Daerah/trainer PPKB Kemenag RI bidang profesional 2 (Publikasi Ilmiyah), pegiat literasi, public relation

FTBI: Aksi Nyata Revitalisasi Bahasa Daerah Episode ke-17 Merdeka Belajar

Diperbarui: 5 Agustus 2024   17:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

diseminasi FTBI, sharing session SD Negeri Margaluyu

Merdeka Belajar episode ke-17 membawa angin segar bagi pelestarian bahasa daerah. Melalui program revitalisasi ini, pemerintah berupaya menghidupkan kembali kekayaan budaya yang terancam punah. Dengan memberikan ruang yang lebih luas bagi bahasa daerah di lingkungan pendidikan, diharapkan generasi muda dapat menghargai dan melestarikan warisan leluhur. Revitalisasi bahasa daerah bukan hanya sekadar pelestarian, namun juga upaya memperkaya identitas bangsa dan memperkuat karakter generasi muda.

Implementasi Merdeka Belajar episode ke-17 di lapangan menunjukkan antusiasme yang tinggi. Berbagai sekolah telah mengintegrasikan pembelajaran bahasa daerah ke dalam kurikulum. Mulai dari kegiatan ekstrakurikuler, proyek pembelajaran, hingga penggunaan bahasa daerah dalam kegiatan sehari-hari. Upaya ini tidak hanya melibatkan siswa, tetapi juga guru, orang tua, dan masyarakat sekitar. Kolaborasi yang erat menjadi kunci keberhasilan revitalisasi bahasa daerah.

Revitalisasi bahasa daerah tentu saja tidak tanpa tantangan. Kurangnya sumber daya, minimnya minat generasi muda, dan dominasi bahasa asing merupakan beberapa kendala yang harus diatasi. Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat peluang besar untuk mengembangkan bahasa daerah. Dengan memanfaatkan teknologi, media sosial, dan kreativitas generasi muda, bahasa daerah dapat dikemas dengan menarik dan relevan dengan zaman.

Tujuan akhir dari revitalisasi bahasa daerah adalah menciptakan masyarakat yang multilingual. Generasi muda diharapkan dapat menguasai bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing dengan baik. Dengan demikian, mereka dapat berinteraksi dengan lebih luas, memperkaya wawasan, dan berkontribusi pada pembangunan bangsa. Revitalisasi bahasa daerah merupakan investasi jangka panjang yang akan memberikan manfaat bagi generasi mendatang. Indonesia disinyalir mempunyai 718 ragam bahasa daerah, 25 terancam punah, 8 kritis dan 11 bahasa telah punah.

Bahasa Sunda, yang didominasi oleh sebagian besar penduduk di Jawa Barat sebagai salah satu warisan budaya yang kaya, menghadapi tantangan serius dalam era globalisasi. Penggunaan bahasa asing yang semakin meluas serta modernisasi gaya hidup mengancam keberlangsungan bahasa daerah ini. Revitalisasi bahasa Sunda menjadi langkah krusial untuk menjaga identitas budaya Sunda dan melestarikan kekayaan bahasa Indonesia. Upaya-upaya konkret seperti pendidikan bahasa Sunda di sekolah, penggunaan bahasa Sunda dalam berbagai kegiatan sosial, dan pengembangan literatur Sunda modern perlu terus digalakkan agar bahasa Sunda tetap hidup dan berkembang dari generasi ke generasi.

Revitalisasi bahasa Sunda bukan sekadar tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab seluruh masyarakat Sunda. Tantangan utama yang dihadapi adalah kurangnya minat generasi muda untuk mempelajari dan menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengatasi hal ini, perlu ada inovasi dalam pembelajaran bahasa Sunda, seperti pengembangan aplikasi pembelajaran bahasa Sunda yang interaktif dan menarik. Selain itu, kolaborasi antara berbagai pihak, mulai dari pemerintah, lembaga pendidikan, komunitas, hingga media massa, sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan bahasa Sunda.

Bahasa Sunda lebih dari sekadar alat komunikasi, tetapi juga merupakan cerminan jiwa dan nilai-nilai luhur masyarakat Sunda. Dengan merevitalisasi bahasa Sunda, kita tidak hanya melestarikan kekayaan bahasa Indonesia, tetapi juga memperkuat identitas dan jati diri sebagai orang Sunda. Penggunaan bahasa Sunda dalam berbagai aspek kehidupan, seperti dalam keluarga, lingkungan kerja, dan kegiatan seni budaya, akan memberikan rasa bangga dan memiliki bagi masyarakat Sunda.

Sastra Sunda sebagai sastra kanonik, artinya karya sastra yang punya pengaruh besar pada kehidupan kesusastraan pada zamannya ditinjau dari berbagai aspek. Karena karyanya mempunyai pengaruh yang sangat besar, maka pengarangnya juga biasa dijadikan kiblat oleh pengarang periode berikutnya. Pengaruhnya bisa lintas zaman atau lintas generasi. 

Mengapa perlu regenerasi?

Inilah beberapa alasan bahwa sastra sunda sebagai sastra kanonik perlu regenerasi, diantaranya :

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline