“Berani”
adalah kriteria yang dibutuhkan untuk semua jenis pemimpin: keluarga, organisasi, perusahaan, lembaga, wilayah, negara, dan sebagainya. Berani seperti apa? Selain berani mengambil keputusan, berani untuk dicibir, berani ketika diintimidasi: dibangkrutkan, difitnah, dibui, diasingkan, dilukai, bahkan diancam nyawanya.
Selain berani, pemimpin juga harus “bijak” sebagai karakter penyeimbang. Kebetulan saya orang teknik yang harus serba logis dalam menghadapi segala persoalan, jadi saya lebih bisa menjelaskan dengan memodelkan diagram.
Dapat saya katakan keberanian dan kebijaksanaan adalah berbanding terbalik; dan sumbu keberanian (x) dan kebijaksanaan (y) dapat dianggap sebagai batas asimtot karena pada kenyataannya tidak ada orang yang sangat berani tetapi tidak memiliki kebijaksanaan sedikitpun, dan orang yang sangat bijaksana tetapi tidak memiliki keberanian sedikitpun, kecuali orang gila. Boleh dicari sendiri definisi dari asimtot, yang pernah belajar kalkulus pasti sudah familiar atau bahkan alergi dengan istilah ini.
Sayangnya, jika nilai kebijaksanaan terlalu besar, seseorang akan cenderung cari aman saja, sementara jika nilai kebijaksanaan terlalu kecil, seseorang akan menjadi gegabah—atau bahasa proyeknya: koboy.
Dalam hal ini terdapat keterkaitan dengan waktu pengambilan keputusan. Dalam fungsi yang dimodelkan di atas, katakanlah ada sebuah konstanta kebijakan yang akan menentukan apakah seseorang adalah gegabah atau ragu-ragu. Kemudian kita konversikan-menjadi atau kaitkan-dengan fungsi waktu pengambilan keputusan terhadap risiko. Ya kurang-lebih seperti inilah diagramnya..
Pada diagram di atas, secara alamiah nilai risiko akan meningkat ketika waktu pengambilan keputusan terlalu cepat atau terlalu lambat. Waktu efektif pengambilan keputusan adalah di mana risiko mencapai nilai minimum, yaitu lembah kurva. Tingkat pengetahuan seseorang di awal (initial knowledge) akan mempengaruhi tingkat risiko dan waktu pengambilan keputusan.
Semakin tinggi tingkat pengetahuan dasar seseorang, maka waktu efektif pengambilan keputusan akan semakin singkat. Kurva merah menjelaskan kurangnya pengetahuan di awal (low level of initial knowledge), kurva ungu menjelaskan pengetahuan menengah di awal (medium level of initial knowledge), dan kurva biru menjelaskan pengetahuan yang baik di awal (high level of initial knowledge). Oleh karena itu, selain berani dan bijak seorang pemimpin juga wajib “berilmu”. Seorang pemimpin harus memiliki dasar pengetahuan yang baik selagi learning by doing terus diterapkan.
Dengan memiliki keberanian, kebijaksanaan, serta pengetahuan berkelas, seorang pemimpin dapat mengambil keputusan secara cepat namun tetap akurat, sehingga setiap masalah yang dihadapi atau setiap proyek yang dijalankan dapat segera diselesaikan dengan cepat dan berkualitas. Inilah fungsi utama seorang pemimpin!
Tempo dulu sekali tentu kita telah menyimak kampanye calon presiden dengan jargon andalan “lebih cepat lebih baik!”. Tunggu dulu. Lebih cepat yang bagaimana, apakah sudah dilandasi ilmu yang mumpuni? Jika tidak, tentunya pemerintahan hanyalah terdiri dari sekumpulan koboy, meskipun calon tersebut tidak terpilih sehingga kita tidak pernah tahu apakah benar mereka adalah koboy-koboy senior.
Kriteria-kriteria yang sudah disebut di atas adalah faktor internal (dari diri sendiri) yang harus dibekali oleh seorang pemimpin. Ada pula yang disebut dengan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pemimpin, yaitu yang dipimpin—yang selanjutnya akan saya sebut sebagai pengikut. Dari sini, saya akan lebih banyak membahas tentang keberanian.