POTRET SENJA KALA ITU
GarisWaktu
Senja merayap cepat memangsa habis langit siang tanpa meninggalkan sedikitpun jejaknya. Hanya sekian detik, malam telah menghampiri bumi. Sebersit cahaya bintang memancar di kepekatan malam, membuat angin menari indah di kepala yang dipenuhi sepi dan rindu.
Kala Januari menyisakan sekelumit kisah tentang pertemuan kita dengan segelintir kata yang kita sepakati, hati selalu berbunga menanti datangnya cakrawala yang menyelimuti bumi dengan kehangatan dan sinarnya. Namun, kini pertemuan kita itu telah melahirkan sebuah cerita baru yang kita sebut perpisahan. Perpisahan itu terjadi lantaran perbedaan kita yang terlalu kuat yang tanpa kita sadari selalu menekan hubungan selama ini kita genggam.
"Mungkin ini kesempatan terakhir untuk kita bertemu seperti ini." kataku membuka percakapan. Namun, ia hanya diam membisu. Tak ada segelintir kata yang ia ucapkan kepadaku.
"Dra, apa kamu masih ingat awal perjumpaan kita berdua di bawah jingganya langit?" tanyaku kepadanya.
"Iya..........masih kuingat dan akan terus kuingat. Aku tak akan pernah melupakan kenangan itu. Karena itu merupakan awal perjumpaan dengan orang yang aku cintai. Namun, kini orang yang kucintai itu telah menjadi milik orang lain." kata Sandra kepadaku. Senja sepi kami pun terdiam.
" Lalu apa yang engkau lakukan dengan keputusan orang tuamu mengenai hubungan kita." kataku kepadanya. "Aku sangat berharap orang tuaku dapat merestui hubungan kita, tetapi nyatanya tidak. Malahan orang tuaku menginginkan sebaliknya. Mungkin yang akan aku lakukan hanyalah berdoa kepada Tuhan. Yakinlah cinta kita tak akan dapat dipisahkan. Karena hanya dengan berdoa aku dapat membuktikan bahwa betapa aku sangat mencintaimu." kata Sandra kepadaku
"Terima kasih atas cinta yang telah engkau berikan kepadaku selama ini. Dengan hadirnya dirimu dalam hidupku selama ini telah membuatku kuat menjalani hari-hariku. Terima kasih untuk semuanya itu. " Lalu aku merangkulnya untuk terakhir kalinya.
&&&&&