Lihat ke Halaman Asli

Yusya Rahmansyah

Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Siliwangi

Di Mana Mbak Greta Saat Corona?

Diperbarui: 12 April 2020   15:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mba Greta lagi menahan dagu (forbes.com)

Setiap hari memang terasa membosankan jika hanya diam dan tidak melakukan apa-apa ditengah pandemi virus Corona yang mampir ke Indonesia awal Maret lalu. Virus yang menjadi pandemi global ini telah menjadi ancaman serius bagi umat manusia khususnya di abad ke 21 ini.

Awal tahun 2020 menjadi tahun yang sangat berwarna bagi manusia, ada isu perang dunia dimana Iran dan Amerika Serikat saling mengancam setelah negara adidaya tersebut membunuh salah satu petinggi militer Iran.

Namun, isu tersebut langsung lenyap ketika muncul "produk" negeri tirai bambu, ya virus Corona atau Covid-19. Virus yang sudah terdeteksi sejak bulan Desember 2019 ini mulai mewabah di bulan Januari, Februari dan sampai menjadi pandemi global bulan Maret lalu.

Ratusan negara telah disambangi oleh virus corona, tak luput dari kunjungannya negara kita Indonesia. Andai saja pemerintah tidak bercanda tentang corona mungkin Indonesia dapat lebih dini untuk mengantisipasi corona yang akan mampir kemari. Tapi, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali ungkap seseorang yang selalu membanggakan jam karetnya, pemerintah bisa jadi menggunakan prinsip ini.

Corona sudah ada di Bumi saat ini, negara-negara melakukan tindakan Lockdown atau karantina wilayah guna menekan bertambahnya angka korban terjangkit dan meninggal, imbasnya ekonomi dunia mulai tergoncang, rupiah menyentuh angka enam belas ribu rupiah per satu dollar. Tidak ada yang bisa mengelak dari ancaman virus yang bahkan tidak terlihat oleh mata kepala kita sendiri.

"Andai saja pemerintah tidak bercanda tentang corona mungkin Indonesia dapat lebih dini untuk mengantisipasi corona yang akan mampir kemari. Tapi, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali ungkap seseorang yang selalu membanggakan jam karetnya, pemerintah bisa jadi menggunakan prinsip ini"

Awal Maret lalu Italia menjadi negara diluar Tiongkok yang memiliki korban terjangkit virus terbanyak lalu disalip oleh negara adidaya Amerika Serikat pada akhir Maret, memang negara adidaya selalu unggul di setiap bidang ya.

Sementara Wuhan, tempat munculnya virus ini sudah mulai memperbaiki keadaan disana, corona sudah menjinak. Namun, ada satu bukti menarik mengenai virus yang menjangkit umat manusia ini, apa itu?  Bumi memperbaiki dirinya sendiri. 

Bumi tempat manusia berjalan dan menemukan berbagai teknologi, membangun peradaban, karena peradaban takkan pernah mati~ ungkap .Feast, serta terkadang manusia menyakiti planet biru dengan kecerdasannya yang luar biasa sehingga sebelum isu perang dan corona datang, isu lingkungan sangat diperhatikan secara global pada tahun 2019 lalu.

Mulai dari sampah plasik, kampanye hidup hijau, cintai laut, kurangi efek rumah kaca, dan lapisan ozon yang sudah berlubang kembali diceritakan ke khalayak ramai guna menyelamatkan Bumi dari kehancuran oleh manusia itu sendiri

Tahun lalu pembahasan isu lingkungan global memang sangat masif dilakukan, hingga muncul aktivis lingkungan yang masih berusia 16 tahun, berasal dari Swedia dengan aksi mogok sekolah untuk iklim atau bahasa Swedianya  Skolstrejk for Klimatet

Nama gadis ini Greta Thunberg, Greta melakukan kegiatan aktivis lingkungan sejak pertengahan 2018, dan pidatonya yang terkenal dengan perkataan How dare you!?

Sebuah pidato yang membuat masyarakat dunia tak habis pikir bagaimana anak muda ini begitu berani menentang penguasa dunia yang tidak peduli dengan perubahan iklim, hingga Greta meraih penghargaan majalah Times untuk Times Person of the Year tahun 2019.

Tapi, ditengah pandemi corona yang mendunia, dimana Greta? Nanti akan dibahas dimana Greta berada. Sebelum itu mari kita tengok apa efek corona di dunia.

Corona menyebabkan ratusan juta umat manusia menjadi tidak keluar rumah dan tidak mengeluarkan gas karbondioksida ataupun monoksida dari kendaraannya, selain itu corona juga menjadikan umat manusia hidup lebih higienis dari sebelumnya, dan polusi udara turun akibat corona.

Sungai di Venesia, Italia mengalami penjernihan, setelah berlakunya lockdown. Tiongkok negara dengan tingkat polusi yang cukup tinggi menurut AirVisual.com, Tiongkok mengalami perubahan suhu dan penurunan polusi udara.

Begitupun nantinya dengan negara-negara yang lain. Lubang yang ada di lapisan ozon di Antartika mulai semakin merapat. Bumi seakan sedang memperbaiki dirinya sendiri disaat manusia berperang melawan virus corona ini

Hadirnya Corona memberikan dampak baik bagi keadaan lingkungan Bumi. Dengan berkurangnya polusi, efek rumah kaca, dan perbaikan lapisan ozon, Bumi akan menjadi lebih baik, suhu Bumi akan lebih dingin dan berpengaruh ke keadaan iklim nantinya.

Apa yang dikhawatirkan oleh para aktivis lingkungan terkait Climate Change atau perubahan iklim dimana es di Kutub Utara maupun Kutub Selatan akan mencair sepertinya akan mengalami penundaan dengan keadaan Bumi yang semakin baik, walaupun keadaan umat manusia sedang mengalami peperangan melawan Covid-19 ini.

Apakah manusia akan sadar mengenai keadaan lingkungan pasca pandemi ini berakhir? Atau manusia semakin tamak dan egois terhadap Bumi? Jawaban itu silahkan pembaca yang menentukan, pada intinya ditengah keadaan ini Bumi pun memperbaiki dirinya sendiri. Lalu dimana Greta?

 Apakah manusia akan sadar mengenai keadaan lingkungan pasca pandemi ini berakhir? Atau manusia semakin tamak dan egois terhadap Bumi? Jawaban itu silahkan pembaca yang menentukan, pada intinya ditengah keadaan ini Bumi pun memperbaiki dirinya sendiri

Greta mungkin saat ini sedang berada dirumahnya bersama keluarga, melakukan Physical Distancing dengan dunia luar, dia tidak bisa menjalankan kampanyenya untuk turun ke jalan bersama aktivis-aktivis lingkungan di luar saat ini. Tentunya di rumah bersama keluarga sambil menikmati keadaan lingkungan Bumi yang semakin baik di tengah pandemi ini mungkin menjadi jalan terbaik bagi Greta.

Namun, isu lingkungan tidak boleh lenyap begitu saja, aktivis lingkungan harus tetap mengingatkan ditengah keadaan seperti ini yang bisa disebut krisis bagi umat manusia. Apakah perubahan iklim bukan krisis bagi umat manusia?

Inilah yang harus dijadikan pertanyaan besar bagi kita umat manusia, apabila iklim berubah, alam mulai kesal lantas manusia bisa apa? Jangan hanya Swedia dengan Gretanya, dan dunia dengan Greenpeace dan aktivis lingkungan lainnya, namun semua umat manusia harus menjadi aktivis lingkungan untuk Bumi yang lebih baik. Sekian.

Apakah perubahan iklim bukan krisis bagi umat manusia? Inilah yang harus dijadikan pertanyaan besar bagi kita umat manusia, apabila iklim berubah, alam mulai kesal lantas manusia bisa apa? Jangan hanya Swedia dengan Gretanya, dan dunia dengan Greenpeace dan aktivis lingkungan lainnya, namun semua umat manusia harus menjadi aktivis lingkungan untuk Bumi yang lebih baik

Artikel ini sebelumnya sudah tayang di www.gemercikmedia.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline