Lihat ke Halaman Asli

Agar Tak Menghamba pada THR

Diperbarui: 7 Juni 2018   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

THR memang selalu diharap dan ditunggu kedatangannya, saat THR datang mendadak dada ini terasa enteng, langkah lebih tegap semangat dan senyum tersimpul seharian membayangkan riangnya anak-anak mencoba baju baru.  Mudik pun terasa lebih berwibawa dengan setumpuk angpao warna-warni  yang siap dibagi untuk orang tua, keponakan dan saudara yang dirasa pantas untuk diberi.  Semuanya disiapkan demi untuk bisa mudik.

Euforia saat di kampung, indahnya berbagi, melihat binar tak percaya saudara atau tetangga kampung saat sedikit uang kami sedekahkan, binar bahagia itu seolah mengalirkan energi postif untuk kami lakukan hal sama ke orang lain yang layak untuk dibantu.  Kadang tanpa perhitungan, khusnudzon Allah akan menggantinya dari arah yang tak disangka.

Padahal THR tidak seberapa tapi rasanya semua rencana kami sandarkan pada cairnya kata sakti tersebut.  Akhirnya bisa ditebak endingnya, karena tidak disiplin dengan dana yang ada, saat harus kembali ke Jakarta seperti  memulai hidup baru, posisi kas nol. Lebih parah lagi ternyata jatah cicilan rumah yang belum sempat terbayarkan pun ikut terkonsumsi.  Terjadilah efek domino, bulan berikutnya serasa bayar cicilan dobel dan pos-pos lain pun turut terguncang.  Berapa kali hal seperti ini harus terjadi? Sementara mudik dan THR adalah agenda rutin yang akan terulang setiap tahun.

Adalah ceroboh jika selalu mengulang kesalahan sama dan di waktu yang sama, harus ada strategi untuk mengantisipasi. Obrolan introspeksi di suatu sore menghasilkan resolusi untuk lebih baik di hari-hari yang akan datang, merencanakan segala sesuatu dengan lebih matang dan disiplin pada anggaran yang ada. Kurang lebih lahirlah kesepakatan seperti ini :

1. Membuat garis besar cash flow (penerimaan dan pengeluaran kas)  di awal tahun, kegiatan ini  meliputi :

  • memetakan bulan-bulan   dimana akan tedapat pengeluaran yang cukup besar, contoh bulan Juni, Juli, Agustus saat anak masuk sekolah, baik masuk sekolah baru maupun daftar ulang sekolah lama;
  • selain penghasilan rutin, menghitung penghasilan tambahan apa yang akan diterima dalam satu tahun (prediksi);
  • yang dihitung sebagai penerimaan dan boleh dialokasikan adalah penerimaan yang telah masuk ke rekening, sementara penerimaan belum nyata tidak boleh dihitung untuk dialokasikan, tujuannya agar tetap disiplin pada anggaran yang telah ada;

2.  Khusus menghadapi lebaran, saya menerima nasehat bijak dari orang tua (dulu waktu belum memiliki kendaraan dan anak-anak masih kecil), bahwa tidak perlu memaksakan diri pulang saat lebaran karena kondisi pada umumnya serba tidak normal apalagi harga tiket, agendakan untuk tetap pulang namun di lain waktu.  Kini di saat telah leluasa dengan kendaraan sendiri strategi tetap harus diatur supaya semuanya berjalan sesuai dengan rencana atau perhitungan yang telah disusun, misalnya:  

  • agar semua pengeluaran tak menumpuk di jelang lebaran, saya membiasakan untuk nyicil membeli oleh-oleh buat orang tua atau saudara di kampung setiap bulan. Misal telah ada rencana lebaran tahun ini akan memberi hadiah baju atau mukena, maka tiap bulan saya usahakan membeli beberapa barang dimaksud dan simpan di tempat khusus, kelak saat hari H telah dekat tinggal menambah kekurangannya atau syukur bila telah dirasa cukup;
  • bila ada rencana membuat seragam keluarga inti, rancang desainnya dan belanja bahannya di bulan-bulan saat belum banyak pengeluaran. Bila anak-anak telah remaja maka bisa dilibatkan dari awal untuk diminta membuat desain atau tema baju keluarga tahun ini. Mereka akan senang  karena diberi kepercayaan untuk mengerjakan sebuah "proyek" besar, orang tua pun terbantu, minimal satu urusan selesai;
  • jadi ketika rezeki THR datang  tidak terlalu bernafsu dengan ingin segera memindahkan THR itu ke mall memburu diskon, karena apa yang dibutuhkan telah dicicil sebelumnya. THR selamat, ibadah Ramadhan pun bisa terjalani dengan lebih khusuk. THR itu semacam bonus, di dalamnya terdapat hak orang lain maka fokuskan untuk membagi kebahagiaan dengan menyalurkannya kepada yang membutuhkan.

Teman saya yang membaca tips pengaturan keuangan ini ketawa ngakak, katanya ini mah perencanaan buat yang punya duit, lah kalo kantong kite tipis pegimane..    

Salah satu jasa yang dijual oleh Konsultan keuangan adalah memberikan tips perencanaan dan pengaturan keuangan karena ada sejumlah uang yang harus diatur pengelolaannya dengan baik, lhaa kalo gak ada uangnya apa yang mau diatur..?  Cukup bersikap bijak untuk pengeluaran pokok dan urgent. (yty)

Denpasar, menjelang cuti,   7 Juni 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline