Lihat ke Halaman Asli

Yusup Nugroho

MAHASISWA PERTANIAN AGROTEKNOLOGI

Mahasiswa KKN Unisri Solo "Bali Ndeso" 2020: Membuat Pupuk Organik Cair dari Sampah Rumah Tangga

Diperbarui: 30 Agustus 2020   15:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proses pemasukan air cucian beras (Dokpri)

SURAKARTA (15/08/2020)-Selama pandemi ini kegiatan masyarakat banyak dihabiskan #dirumahsaja, untuk memimalisir terjangkitnya pandemi covid-19, dan kebanyakan masyarakat setempat tiap-tiap rumah memiliki tanaman untuk sebagai hiasan pajangan ataupun, memliki kebun-kebun kecil yang ditaman berupa sayur-sayuran dan buah-buahan di sekitar pekarangan rumah, untuk memenuhi kebutuhan dapur dan konsumsi pribadi yang harus dirawat dan dijaga agar tetap sehat dan berbuah. 

Melalui kegiatan KKN “BALI NDESO” Universitas Slamet Riyadi, tiap mahasiswa diharuskan  memliki Program Kerja (PROKER) yang dimana sebagai bentuk partispasi nyata untuk masyarakat. 

Yusup Nugroho (23) merupakan mahasiswa fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi bagian dari KKN kelompok 24, mengadakan kegiatan“Pembuatan Pupuk Cair Organik (POC) Dari Sampah Organik Rumah Tangga Menggunakan EM4”.

Sampah merupakan barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi dan sebagainya; kotoran seperti daun, kertas (KBBI). Tiap rumah pasti menghasilkan sampah dari kegiatan memasak didapur, sampah-ssampah basah sisa-sisa potongan sayuran dan buah-buahan ini sebenarnya masih dapat dimanfaaatkan dan dijadikan pupuk sebagai penyubur untuk tanaman. 

Pembuatan pupuk cair organik ini memanfaatkan sampah basah organik, gula merah, air kelapa, air cucian beras dan EM4 (Efektif Mikro Organisme) yang mengandung bakteri fermentasi  Lactobacillus,  Actinomycetes, yang menjadikannya ramah lingkungan. Penggunaan pupuk organik cair yang telah difermentasikan nantinya dapat menggatikan pupuk kimia yang banyak beredar dipasaran.

Pembuatan POC yang bertempat di Rt 04/Rw 01, kel.Tegalharjo, kec. Jebres, Surakarta, Jawa Tengah, pada hari Jum’at (14/08) dengan diikuti masyarakat sekitar, Hansip dan hadir pula Pak Wawan (Rt01). Melalui  kegiatan ini masyarakat dapat manfaatkan sampah basah dan mengomptimalkan menjadikannya pupuk serta mengurangi pembuangan sampah yang ada. Berikut langkah-langkah pembuatan pupuk organik cair (POC) dari sampah organik rumah tangga :

  1. Sampah organik basah contohnya seperti : buah-buahan dan sayuran hijau sebanyak setengah karung beras, kemudian dicincang/dipotong kecil-kecil  lalu dimasukan kedalam tong plastik (bekas wadah cat/ember).
  2. Gula merah sebanyak  kg yang sudah dilarutkan dengan 1  liter air dimasukkan dalam tong plastik.
  3. Selanjutkan masukkan 1 liter air kelapa muda/tua, dan diikuti dengan 9 liter air cucian beras.
  4. Bakteri (EM4) sebanyak 500 ml ditambahkan ke dalam tong plastik.
  5. Setelah semua bahan dimasukkan kemudian diaduk agar tercampur secara merata.
  6. Tong plastik selanjutnya ditutup kencang dan memasukkan ujung selang penghubung dengan botol berisi air.
  7. Selanjutnya didiamkan dan biarkan fermentasi berlangsung selama 10-14 hari, ampas endapan dari sampah organik rumah yang didalam tong plastik bisa digunakan sebagai bokashi dan cairannya sebagai pupuk organik cair.

Cara penggunaan pupuk organik cair (POC)  yang telah difermentasikan yaitu dengan cara menyiramkannya langsung ke media tanaman atau menjadi pupuk semprot untuk daun tanaman dengan takaran  1:1 (1 liter air : 1 liter pupuk cair). Sedangkan, untuk ampas endapan dari fermentasi dapat digunakan sebagai pupuk bokashi dengan cara dicampuran dengan tanah sebagai media tanam untuk tanaman.

“Pembuatan pupuknya ternyata sangat mudah, nantinya ibu-ibu bisa membuatnya sendiri dari potongan sisa sayuran yang dimasak” tutur Pak Wawan. 

Kegiatan berlangsung lancar dan dilaksanakan dengan peserta terbatas mengingat penyebaran virus masih ada dan mayoritas yang hadir ibu-ibu yang sedang mengasuh anak-anaknya. 

Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline