Lihat ke Halaman Asli

Sijoenjoeng VRIJ

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sijunjung adalah salah satu kabupaten di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini adalah Muaro Sijunjung,,merupakan wilayah yang memiliki luas 3.130,80 km² yang terdiri dari 8 kecamatan dengan jumlah penduduk lebih dari 202.000 jiwa (Wikipedia ) …

Cukup ironis, dengan sumber saya kita yang berkelimpahan itu ,kita (Sijunjung ) masih kalah saing dibandingkan dua saudara muda Sawahlunto dan Dharmasraya, Apa yang dirasakan daerah sampai saat ini tidaklah banyak berubah, memang kita baru saja lepas dari gelar “Kabupaten Tertinggal” namun masyarakatnya masih terjajah.. terjajah dalam ekonomi yang tidak merata, pendidikan yang semeraut, dan generasi muda yang terlena.. kita belum sepenuhnya MERDEKA!!

Kita yang punya sumber daya alam yang berlimpah tersebar di pelosok daerah belum mampu meng optimalkan potensi tersebut dengan sebenar benarnya.. SDA yang mampu menunjang perekonomian daerah nyatanya masih dinikmati oleh hanya sebagian kaum elite. Perbedaan kelas sosial dan ekonomi masih tampak antara kaum borjuis Sijunjung ( PNS, Takur, Politisi ) dengan kaum proletar ( Buruh, petani karet )… pedagang dan UKM masih berorientasi Daerah dan propinsi, inipun masih sekedarnya saja, belum tampak prospek yang jelas.

Pendidikan yang digadang gadang menjadi titik acuan nyatanya hanya melahirkan generasi generasi pengangguran, dengan kreatifitas sedanya dan kurang ditempa oleh para “government” di Sijunjung tentulah hal ini akan berjalan ditempat saja. Apalagi dengan tidak diimbangi oleh pendidikan akhlak yang kuat di rumah maupun disekolah. Kita jumpai banyak sarjana2 pintar lahir, tapi masih berpatokan pada satu kata yakni “PNS”, kalau tidak ya “nganggur” ,, banyak sarjana pintar lahir tapi pintar secara akhlak sulit ditemukan, kalaupun ada itu hanya sementara, sampai dia dihadapkan dgn kekuasaan dan uang,

Generasi muda yang menjadi tonggak kemajuan daerah seolah masih dibatasi ruang geraknya oleh kelemahan kelemahan dalam tatanan pemerintahan di sijunjung ini.. sama halnya dengan Hatta.. yang dihargai di Belanda namun harus tersingkir di negeri sendiri.. begitu juga halnya anak muda kita , para orang tua bersusah payah menyekolahkan anaknya diluar daerah dengan titik peluh dan bercak darah ,,dan al hasil , lagi lagi harus tersingkir ketika kembali ke ranah “lansek manih” ( langsat manis ) .. Ada apa gerangan ?? kita abaikan isu oknum oknum yang mempolitisi di jajaran birokrasi, potret nyata kita memang masih kalah saing dengan SDM “kaum pendatang” ( baca orang luar kabupaten ) .

Kepada siapa lagi masyarakat akan mengadu dan mengemis akan nasibnya yang kian hari kian tak jelas mengikuti arus perkembangan zaman dan politik “munafik” jajaran elite.. kepada wakil rakyat?? Sekarang siapa yang percaya mereka ,,skrang wakil rakyatlah yg memegang monopoli inisiatif, bukan masyarakat. Bahkan terkesan agresif dlam mnyampaikan gagasan bahkan kemauan. Sementara masyarakat cuma mengikutinya secara pasif.. Tak heran wakil rakyat masih menentukan hitam putihnya masyarakat... Wakil rakyat sok pemimpin rakyat.

Masyarakat seakan dibatasi,, tidak berbicara malah ditindas , berbicara malah dianggap pembangkang. alangkah enaknya pemerintah jika kita tidak pernah bersuara lantang seperti sekarang ini, “public sphere” ( baca media massa lokal ) sebagai media pembelajaran bagi masyarakat disini malah masih terkesan diintervensi oleh jajaran elite, sehingga masyarakatnya masih terpaku pada berita berita bohong nan indah.. seolah berada di neverland, negeri indah yang nyatanya tidak pernah ada. Kita belum sepenuhnya merdeka.. kita masih terjajah oleh ketidak pastian, kemana kita akan membawa negeri ini,”Lansek manih” yang masih terjajah ini… haru biru berbalut duka, anak muda yang merana masih sempat berpikir kita baik baik saja..

Mari bangkit, bersatulah wahai anak muda dan seluruh masyarakat sijunjung untuk SIJUNJUNG MERDEKA, SIJOENJOENG VRIJ …..

“Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai ! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat. "Tuhan menciptakan bangsa untuk maju melawan kebohongan elit atas, hanya bangsanya sendiri yang mampu merubah nasib negerinya sendiri."” (, 1950 Bung Karno)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline