Lihat ke Halaman Asli

Khotbah Jum'at: Menyia-nyiakan Amanah

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pemilu 2014 tinggal beberapa hari lagi. Memilih adalah memberikan amanah jabatan publik. Suara yang kita berikan kepada para calon legislatif merupakan wujud amanah jabatan yang kita berikan kepada mereka yang diyakini layak sebagai anggota DPR selama lima tahun kedepan. Maka menjadi keharusan kita untuk memberikan amanah tersebut tidak kepada orang yang salah, tidak kompeten dalam menjalankan amanah.

Islam telah sangat jelas memberikan tuntunan kepada umatnya bahwa amanah jabatan publik harus diberikan kepada yang ahlinya dan tidak sembarangan. Nabi Muhammad SAW, telah memperingatkan dalam sabdanya:

“Bila amanah disia-siakan, maka tunggulah kehancurannya. Dikatakan, bagaimana bentuk penyia-nyiaannya?. Beliau bersabda, “Bila persoalan diserahkan kepada orang yang tidak berkompeten, maka tunggulah kehancurannya”. (H.R. Bukhari).Barangsiapa yang mengangkat seseorang (untuk suatu jabatan) karena semata-mata hubungan kekerabatan dan kedekatan, sementara masih ada orang yang lebih tepat dan ahli daripadanya, maka sesungguhnya dia telah melakukan pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman “. (HR. Al-Hakim).

Amanah menempati posisi 'strategis' dalam syariat Islam. Rasulullah SAW sendiri mendapat gelar al Amin (yang bisa dipercaya). Amanah menjadi salah satu pembeda kaum muslim dengan kaum munafik. Dalam hadits ditegaskan “tanda-tanda munafik itu ada tiga: apabila bicara, dia dusta; apabila berjanji, dia ingkari; dan apabila dipercaya (amanah), dia berkhianat".

Maka menunaikan amanah merupakan salah satu sifat orang mukmin. Menunaikan amanah adalah wajib hukumnya. Amanah wajib disampaikan kepada yang berhak menerimanya. Allah SWT berfirman dalam surat An-nisa’ ayat 58; “ Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.”

Kesadaran sebagai pemimpin tentang kewajiban menunaikan amanah sangatlah penting dalam kenegaraan Indonesia dewasa ini. Sebab telah banyak kita saksikan mereka para pemimpin tidak pernah menuntaskan amanah yang diterima hingga akhir waktu berakhirnya amanah tersebut. Ketika saat mau menerima amanah berjanji bersedia penuh waktu menunaikan amanah, tetapi saat amanah telah digenggam, amanah mulia itu ditinggal “kabur” mengejar amanah lain yang karena lebih tinggi.

Realitas putus amanah ditengah jalan kepemimpinan hingga sekarang telah terbangun sedemikian rupa. Tidak tuntaskan amanah yang sedang diemban dengan mencari amanah yang lebih tinggi, menunjukan bahwa yang dicari adalah mengejar jabatan semata atau serakah jabatan atau rakus kedudukan.

Kerakusan dan ambisius untuk mengejar kedudukan bisa terjadi karena mengedepankan nafsu berkuasa (syahwat politik). Sebagaimana secara tabiat nafsu manusia tidak akan pernah merasa puas/cukup dengan harta dan kemewahan dunia yang dimilikinya, bagaimanapun berlimpahnya, kecuali orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allâh Azza wa Jalla.

Rasûlullâh SAW dalam hadisnya mengingatkan: “Seandainya manusia diberi dua lembah berisi harta, tentu ia masih menginginkan lembah yang ketiga. Yang bisa memenuhi dalam perut manusia hanyalah tanah. Allah tentu akan menerima taubat bagi siapa saja yang ingin bertaubat.(HR. Bukhari)

Padahal kerakusan terhadap kedudukan sama halnya dengan harta akan mendorong orang untuk terus mengejar dunia dan menjerumuskannya kepada hal-hal yang merusak agamanya. Sebab, umumnya sifat inilah yang membangkitkan dalam diri seseorang sifat sombong dan keinginan berbuat kerusakan di muka bumi, yang sangat tercela dalam agama.

Semoga saja kita selalu mendapatkan karunia untuk menjadi pemimpin yang terhindar dari perilaku menyia-nyiakan amanah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline