Lihat ke Halaman Asli

Mikirin Tenaga Listrik di Bali

Diperbarui: 6 Juli 2015   04:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

A. Kondisi dan Kebutuhan Tenaga Listrik Pulau Bali

Sesuai dengan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT. PLN 2009-2018, diperkirakan pertumbuhan permintaaan tenaga listrik di Bali sekitar 7,0% per tahun pada periode 2009-2018. Beban puncak di Bali pada 2008 mencapai 486 MW dan akan naik menjadi 1.271 MW pada 2018, atau naik sebesar 785 MW.

Pasokan listrik di Bali saat ini sebesar 633 MW (kapasitas terpasang), yaitu berasal dari pembangkit yang ada di Bali sebesar 433 MW dan "impor" dari Pulau Jawa melalui kabel laut sebesar 200 MW (melalui 2 sirkit), namun daya mampu yang tersedia hanya sekitar 573 MW. Dengan beban puncak sebesar 486 MW, maka cadangan hanya sebesar 83 MW (kapasitas pembangkit terbesar di Pulau Bali hanya sebesar 134 MW yaitu PLTG Gilimanuk). Tanpa adanya tambahan daya, maka pada tahun 2011 sistem Bali akan kekurangan pasokan karena daya mampu (sebesar 573 MW) sudah tidak mampu lagi mendukung kebutuhan beban puncak (616 MW), apalagi untuk memenuhi kebutuhan tahun 2018 yang mencapai 1271MW.

Dengan demikian, kondisi penyediaan tenaga listrik di Pulau Bali :

(1) Tidak efisien, karena sebagian besar pembangkit di Pulau Bali menggunakan bahan bakar minyak (karena desain pembangkit yang ada adalah PLTD dan PLTG), sehingga biaya operasinya sangat besar yaitu rata-rata Rp. 2.600-3.200 per kW.

(2) Tidak andal, karena apabila pembangkit terbesar tidak mampu beroperasi maka dapat dipastikan akan terjadi pemadaman di Pulau Bali. Demikian juga halnya apabila terjadi gangguan pada kabel laut Jawa-Bali.

B. Rencana Penyediaan Tenaga Listrik

Menilik RUPTL, terlihat ada beberapa skenario dalam rangka pemenuhan kebutuhan listrik di Bali.

(1) Pembangunan pembangkit di Bali (total sekitar 700MW) : PLTU Celukan Bawang (1x130MW dan 2x125 MW) ; PLTU Bali Timur (2x100MW); PLTP Bedugul (1x10MW dan 2x55 MW ekspansi). Pembangkit-pembangkit tersebut dibangun oleh IPP.

(2) 'Impor' dari Pulau Jawa melalui pembangunan kabel laut 2x150kV (jangka pendek) dan Overhead Transmision Line 500kV (jangka panjang).

Dengan semua rencana tersebut, maka kebutuhan tenaga listrik di Pulau Bali pada tahun 2018 akan dapat terpenuhi.

Namun, kondisi yang terjadi saat ini adalah pembangunan pembangkit-pembangkit yang direncanakan tersebut semuanya mengalami keterlambatan bahkan dapat dikatakan berhenti akibat berbagai sebab.

Sebagai salah upaya penyelesaian, rencana  Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik 10.000 MW Tahap II menyatakan bahwa yang akan di bangun di Pulau Bali adalah PLTU Bali Timur  2x100 MW.

C. Penutup

Melihat hal-hal tersebut di atas ada beberapa hal yang dirasakan mengganggu, yaitu:

(1) Dengan kondisi yang ada saat ini maka penyediaan tenaga listrik di Bali masih "terancam". Hal ini berdasarkan track record pembangunan IPP yang masih buruk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline