Hai, namaku Vina. Aku sudah 2 tahun janda. Aku kesepian, butuh teman curhat.Kamu mau kan nemenin aku ngobrol? Hubungi aku ya di nomor 0809xxxxxxx. SMS yang kamu dapet langsung dari HP aku lho.
Oke, SMS yang sebenarnya tidak selebai yang saya tulis di atas. Tapi intinya semacam itulah yang dinamakan SMS esek-esek. Mungkin ada lagi yang lebih parah hingga menjurus ke ajakan ‘panas’. Menggelikan sebenarnya dengan keberadaan SMS esek-esek ini. Karena selama lebih dari 10 tahun saya memakai HP, saya sudah terlalu sering mendapat SMS nggak jelas semacam ini.
Dulu saya sering mendapat SMS transfer rekening bank dan ucapan selamat karena memenangkan undian poin plus bla bla bla dari konten tertentu. Sepintas terlihat menggiurkan. Tapi karena nomor pengirim bukan nomor resmi provider yang saya pakai, maka saya simpulkan SMS itu penipuan. Berikutnya yang jamak dijumpai adalah SMS mama minta pulsa. Saking booming-nya kasus ini sampai-sampai oleh para netizen dibuat meme-nya dalam berbagai variasi rasa. Lalu ada apa dengan SMS esek-esek? Why?
Kalau kata Pak Fadli Zon, SMS esek-esek semacam itu dikarenakan maraknya perdana murah (harga 5ribuan) dan registrasi yang kacau. Yup, setuju sama Pak Fadli.
Di negara lain seperti Jepang misalnya, untuk mendapatkan nomor telepon harus melalui prosedur tertentu. Anda harus mengajukan pendaftaran dengan melampirkan KTP (kartu identitas) dan kartu kredit/buku bank hanya untuk mendapatkan nomor telepon. Tidak selesai sampai di situ Anda juga harus membuat surat kontrak. Alamak! Pada akhirnya akan mempersulit Anda untuk gonta-ganti nomor telepon.
Sementara anak di bawah 15 tahun di Jepang belum diperbolehkan memiliki nomor telepon sendiri, sehingga administrasi pendaftaran nomor telepon harus melalui orangtuanya. Bandingkan dengan kebijakan provider di negara ini yang barbar abis. Gonta-ganti nomor telepon sangat mudah. Balita pun bisa memiliki telepon genggam sendiri. Pantaslah jika kasus-kasus penipuan, terorisme, sindikat bisnis narkoba, maupun modus operandi kejahatan marak terjadi di sini. Penghilangan jejak pun semudah membuang kartu ke tempat sampah.
Masih ingat masa-masa pertama kali telepon genggam masuk ke kampung saya. Harga kartu perdana bisa mencapai 100 ribu. Asumsikan kurs rupiah pada awal-awal tahun 2000-an. Harga yang fantastis tentu saja. Membuat HP pada saat itu hanya dimiliki tetangga-tetangga saya yang berduit lebih.
Tapi melesat satu dekade kemudian, HP menjadi barang yang jamak dijumpai di semua kalangan dari anak-anak sampai dewasa (bahkan balita). Dengan merebaknya gadget ini sedemikian rupa, mau tak mau jumlah pengguna kartu perdana pun ikut naik. Berbagai provider berlomba-lomba menawarkan berbagai fitur komunikasi dengan tarif murah sampai gratis. Belum lagi paket internet yang dewasa ini menjadi kebutuhan primer untuk mensupport perangkat ponsel pintar (android).
Lantas bagaimana dengan SMS esek-esek yang menjurus ke ajakan untuk menghubungi nomor premium tadi? Saya sih tak mau berpusing-pusing mempermasalahkannya. Saya hanya user biasa yang tidak akrab untuk mengirimkan laporan khusus ke provider yang bersangkutan agar memblokir nomor-nomor jahil tersebut.
Yang membuat saya risih adalah bunyi SMS esek-esek tersebut. Berhubung saya jomblo menahun, saya sempat GR waktu pertama kali mendapat pesan tersebut. Dalam hati saya berpikir tumben ada cewek kesepian. Minta ditemenin curhat. #MupengModeON. Tapi setelah saya scrolldown, sayadiminta menghubungi nomor 0809xxxxxx. Ladalah! Saya mengendus aroma penipuan di sini. Sekalipun saya jomblo menahun, saya sudah cukup paham tentang kasus-kasus penipuan via SMS. Seringkali saya menonton program-program investigasi bakso berformalin (eh, nggak nyambung). Saya pun tidak tertipu karenanya.
Sejauh ini saya belum membaca kabar ada korban SMS esek-esek ini. Mungkin modusnya terlalu mudah dikenali sehingga tidak ada seorang pun yang termakan bujuk rayu Vina, Dewi, Siska, atau nama-nama samaran yang biasa dipakai di SMS esek-esek tersebut.
Saran saya bagi yang jomblo (juga), perkuatlah iman dan ketakwaan Anda. Fitnah wanita itu di mana-mana. Sungguh!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H