Lihat ke Halaman Asli

Pengalaman Transfer di BNI

Diperbarui: 24 Juni 2015   16:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Transfer uang sudah biasa bagi saya. Paling sering via ATM. Selain cepat, prosesnya juga tidak rumit. Masuk ruang, masukkan kartu dan ikuti petunjuknya, selesai sudah. Namun ada pengalaman menarik ketika transfer uang yang menurut saya layak ditulis di kompasiana ini. Inilah ceritanya.
Di sekolah, sebagai penanggungjawab pengembangan diri jurnalistik junior, saya mengajak anggotanya untuk melakukan langkah baru yaitu menerbitkan buletin. Namun karena keterbatasan modal, maka saya menghubungi rekan di Solo untuk membantu mencetak dengan sistem pembayaran mundur tiga minggu. Alhamdulillah, rekan saya setuju dan mulailah kami bekerja membuat buletin, dari mengumpulkan bahan, editing sampai design lay out. Data yang sudah tinggal cetakpun dikirim via email dan akhirnya dalam dua hari, saya sudah menerima buletin 750 lembar yang dikirim via travel. Sebuah proses yang sederhana dan tidak mebutuhkan banyak tenaga.

Hari pembayaran telah tiba. Saya mengirim sms minta nomor rekeningnya agar siang ini juga bisa ditransfer. Namun ternyata rekan saya adalah nasabah BNI. Saya sendiri memiliki akun di bank lain dan kebetulan sekali kartu ATM bank tersebut terselip entah dimana. Kurang tertib adalah kebiasaan buruk saya dari kuliah dulu.
Akhirnya saya meluncur ke bank BNI di Pati. Ini adalah pertama kalinya saya datang ke BNI. Saya pikir pasti semua bank sama. Selama perjalanan saya sudah membayangkan harus menulis di kertas transfer, mengantri dan menghabiskan waktu antrian sambil membaca koran atau menonton televisi di dalam ruang tunggu.
Setelah memarkir kendaraan, saya mendekati pintu masuk. Sebelum meraih daun pintu ternyata sudah lebih dulu terbuka oleh tarikan orang dari dalam. Dialah sosok satpam yang selain ramah juga siap melayani nasabahnya dengan baik. Saya ditanya keperluan dan dia mengarahkan apa yang harus saya lakukan. Satu tahap ini sudah membuat saya terkesan. Ternyata, yang perlu saya lakukan adalah mengambil antrian dan duduk sambil menunggu nomor saya disebutkan mesin operator.
Sambil melihat nasabah yang lain, saya masih berpikiran kapan menuliskan di kertas transfer? Apakah ditulis di meja di sudut ruang atau saat di depan teller? Hingga tiba-tiba nomor antrian saya dipanggil dan segeralah bergegas menuju teller.
Didepan teller saya disambut senyum manis yang terlihat tulus. Dia mengajukan pertanyaan klise yaitu apakah ada yang bisa dibantu, kemudia saya jawab bahwa akan melakukan transfer uang. Langkah kedua, sambil mengetikkan sesuatu teller manis itupu menanyakan nomor rekening dan nama pemilik rekening yang akan ditransfer. Seketika saya melihat kotak sms saya untuk menemukan nomor rekening yang saya simpan dan menyerahkan sejumlah uang yang harus ditransfer. Setelah saya sebutkan nomor rekening dan nama pemilik nomor, dalam hitungan menit proses selesai. Mbak teller yang manispun mengucapkan terima kasih. Saya masih belum percaya prosesnya secepat itu dan tidak ada biaya transfer. Untuk memastikannya, saya menanyakan kepada teller apakah prosesnya benar-benar sudah selesai? Dia menjawab, sudah, sambil menghadiahi sekali lagi : senyumnya.
Wah, hari itu saya keluar bank sambil mengatakan beruntung sekali punya rekan nasabah BNI. Selain proses transfernya cepat dan pelayanannya ramah, juga tidak dikenakan biaya transfer.
(sekedar pengalaman pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline