Lihat ke Halaman Asli

Pendidik Tanpa Rencana

Diperbarui: 24 Juni 2015   16:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"Tidak ada rencana sama sekali, yang ada hanyalah menyelesaikan misi"

Mungkin slogan diatas mirip-mirip dengan kalimat yang terlontar dari mulut para agen khusus di film laga luar negeri. Biasanya mereka sudah dibekali dengan kemampuan terlatih dalam menghadapi segala kemungkinan. Bahkan, dalam menyelesaikan misi besar, mampu dikerjakan sendirian. Tentu saja pada akhir cerita sang jagoan masih hidup dan meninggalkan medan perang yang tengah membara dengan sedikit lecet dan tetesan darah di muka. Lalu sebagai penonton kita merasa bangga merasakan mission is completed.

Bagaimana ketika seorang pendidik, katakanlah seorang guru mengatakan hal yang sama kepada kepala sekolah, pengawas, bahkan kepala dinasnya bahwa dia tidak memiliki rencana sama sekali dalam melakukan tugasnya yaitu mendidik para siswa. Namun dengan keyakinan tinggi karena sudah pengalaman di "medan tempur" selama puluhan tahun dan berbekal wawasannya maka dia merasa cukup mampu untuk menutup misinya yaitu mendidik siswa dengan tanpa rencana.

Orang tua mana yang masih bersedia menitipkan anaknya untuk bersekolah di tempat pendidik yang tidak memiliki rencana? JIka mereka mengetahui ada satu orang saja di sekolah yang memiliki "keyakinan teguh" seperti di atas, kemungkinan besar tahun ajaran depan sekolah tersebut akan sepi peminat. Bagaimanapun agen khusus dalam film dan seorang pendidik itu sangat jauh berbeda. Meskipun demikian, ada beberapa opini menarik tentag guru yang tidak memiliki rencana itu sebagai berikut :

1. Biasanya pendidik tanpa rencana itu usianya lebih dari 50 tahun dan guru baru setahun mengajar. Memang banyak guru senior yang masih menyusun perencanaan, namun itu dilakukan karena untuk menyelesaikan urusan administrasi saja. Dalam pelaksanaan tetap saja menyelesaikan misi dengan tanpa rencana. Guru baru lebih karena keterbatasan ilmu dan proses adaptasi dengan dunia baru. Setelah melewati tahun kedua, seorang guru baru akan kelihatan rencananya.

2. Biasanya guru gaptek alias gagap teknologi. Untuk urusan ini alasan klisenya adalah karena pembuatan rencana harus mengikuti petunjuk dari atas dan itu harus diketik komputer. Masalah seperti ini solusinya adalah menggunakan jasa rental atau meminta bantuan teman.

3. Biasanya guru bermasalah dalam kemampuan beradministrasi. Entah itu administrasi tentang kearsipan atau administrasi keuangan. Bayangkan saja bila arsip saja guru tersebut tidak bisa mengelola dengan baik, bagaimana dia bisa mengelola jadwal mengajar dan merencanakan dalam setahun kedepan? Dan satu lagi, bila  secara keuangannya bermasalah alias dililit hutang, guru tersebut akan dipenuhi pikiran untuk melunasi hutang-hutangnya dengan berbagai cara misalnya membuka peluang usaha baru. Kalau sudah begini, mana sempat memikirkan rencana pembelajaran? Yang ada adalah rencana membuka lapak.

4. Dan yang terakhir, misi pendidik yang tidak memiliki rencana selalu uncomplete alias gagal total. Tidak seperti sang jagoan yang menyelesaikan misi dengan gagah dan hanya membawa oleh-oleh lecet, guru tanpa rencana akan pulang babak belur oleh beban moral dari out put siswa didiknya yang gagal dalam kehidupan pasca sekolah. Bahkan beberapa kejadian tindakan fisik dari siswa kepada gurupun telah terjadi. Artinya dalam bahasa agen khusus, guru tanpa rencana telah tewas di medan perang yang jasadnya tidak dicari dan datanya tidak dipublikasi.

Demikianlah, guru bukan agen khusus di film-film meskipun sudah mengantongi bintang tanda jasa puluhan tahun dan pernah mutasi di banyak tempat tugas yang berbeda. Seorang guru memiliki medan yang jauh lebih berat dibanding seorang agen khusus karena agen khusus biasanya memiliki tujuan untuk mematikan namun guru justru bertujuan untuk menghidupkan.

Sungguh mulia tugasmu wahai guru, maka buatlah rencana pendidikan sebaik mungkin agar mission completed dan bisa keluar dari medan perang dengan wajah yang bersih dan makin bersinar oleh cahaya kemuliaan yang telah kau salurkan kepada para muridmu.

Terus berjuang para pendidik di Indonesia!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline