Karena sudah terlalu banyak berita, liputan, konten dan ulasan tentang Citayem Fashion Week, maka tulisan ini pendek saja.
Bagi penulis, cukuplah remaja Citayem dengan gayanya sebagai fashion week-ku.
Yang lain hanya pengekor. Sebagus dan seindah-indahnya ekor, adanya dibelakang. Tetap remaja Citayem-Bojong Gede lah kepalanya. Terdepan.
Walau out-fit mereka murah dan apa adanya, merekalah yang pertama kali dilihat dan diingat orang. Kepolosan, kelucuan dan keluguan mereka berhasil menciptakan pabrik konten di sebuah bilik jantung kota Jakarta. Dukuh Atas, tak jauh dari Monas.
Remaja Citayem sedang men-Citayem-kan negeri ini. Banyak yang mem-follow cara bocah kampung itu eksis. Mereka membuktikan bahwa social-climbing tak perlu tipu-tipu dan mahal.
Sebuah prestasi gaya hidup yang tak didisain. Tak dirancang tapi menular begitu saja lewat demam nongkrong dan fashion ala mereka. Yang kemudian diikuti banyak daerah di negeri ini.
Hebat dan selamat!
Kepada Bonge, Jeje, Kurma dan Roy, segera bisikan ke telinga teman-teman kalian. Rapatkan barisan dan atur langkah serta pose nongkrong. Yang sudah terjadi biarkan terjadi. Ambil berkahnya.
"Ssst...! Orang kota dan sosok ternama mulai mendekati kita. Bisa menguntungkan, bisa merugikan. Sebelum dimanfaatkan mereka dan diatur-atur mereka, yuk kita cari tongkrongan lain. Sesuai isi kantong kita.
Negeri ini terlalu luas untuk dijadikan sekedar tempat nongkrong dan bergaya. Keindahan dan panoramanya beragam. Kita sudah jadi penakluk wilayah. Mari kita taklukan wilayah lain."