Ini adalah sebuah kisah base on true story. Dimana nama pelaku dan tempat terpaksa penulis samarkan. Demi memenuhi permintaan penutur kisah dan menghormati pelaku kisah.
Kisah perjalanan tobat, yang tidak memaksa dan hanya bermodalkan niat!
Kemarin sore, saat minum kopi sepulang bekerja, seorang anak muda baik-baik bercerita tentang temannya yang sangat tidak baik-baik alias berandal. Anak muda itu, sebut saja namanya Cupi. Sementara teman berandalnya kita juluki Mad.
Mad berteman dan bersahabat dengan Cupi sejak SMP, di Medan. Lepas SMA mereka jarang berjumpa. Namun hubungan tetap terjaga lewat ponsel.
Mad sangat liar, kasar, anarkis, kriminal dan suka maksiat. Pokoknya, berandal! Kesehariannya adalah penyimpangan. Minuman keras, narkoba, sex bebas adalah pelariannya dalam susah dan senang.
Mad juga pernah masuk penjara. Keluar masuk kantor polisi biasa buatnya. Mad benar-benar sampah masyarakat.
Cupi tak membenci Mad karena perbuatannya. Mereka berteman tanpa sedikitpun masalah. Sehingga tak ada alasan untuk saling benci. Mereka jarang berjumpa hanya karena beda dunia pergaulan. Selebihnya mereka tetaplah teman atau sahabat.
Perjumpaan mereka sesekali terjadi tanpa sengaja. Di jalan-jalan utama dan sudut elit tongkrongan anak Medan. Hangat dan jujur. Selalu itu warna pertemuan mereka walau jarang dan singkat.
Setiap bertemu, dalam hati Cupi berdoa, semoga Mad cepat keluar dari dunia hitamnya. Mad pun begitu, seberandal-berandalnya dirinya, ia suka minta didoakan Cupi, semoga bisa menjadi orang baik-baik.
Lama tak mendengar kabar Mad, karena tak ada di Medan lagi dan nomor ponselnya sudah mati, Cupi mendengar Mad ada di sebuah pondok pesantren di Jawa Tengah. Informasi itu ia dapat dari seorang kawan lain yang mengenal Mad.