Lihat ke Halaman Asli

YUSUFIbrahim

Setidaknya saya menulis.

Kalah Minta Diulang, Menang Minta Ditunda

Diperbarui: 9 Maret 2022   13:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Iring-iringan mobil Presiden di Gedung MPR-DPR RI (Photo: Koleksi Pribadi)

Pemilu itu agenda. Janji politik. Bagian dari seni menata negara.

Kalau ada orang yang ingin secara sepihak mengubah agenda, seenaknya menunda janji dan berniat merusak keindahan sebuah seni, apa kiranya julukan yang pantas ditujukan untuk orang itu?

Pasti negatif. Pasti panen cemooh dan ledekan.

Tak perlu lah disebut orang-orang itu. Sudah banyak yang tahu. Yaitu orang-orang yang saat ini sedang merasakan manisnya buah kekuasaan hasil pemilu sebelumnya. Sampai lupa kalau kebanyakan merasakan yang manis-manis bisa bikin "diabetes". Kecing manis, yang bikin loyo kejantanan.

Contoh dan korbannya sudah banyak. Belajarlah pada sejarah.

Sudahlah. Jangan melampaui batas. Kalau tak ingin celaka endingnya. Begitu pesan kitab suci. Ngeri, kan?

Politik itu candu. Kekuasaan itu candu. Uda kayak rokok. Makin dihisap makin enak. Bikini nagih, sampai lupa ada peringatan rokok membunuhmu. Sampai lupa asap rokok juga bisa bikin orang lain terganggu.  

Mending ikut aturan. Ta'at, tunduk dan patuh pada konstitusi.  Walau wacana penundaan pemilu tidak dilarang dan menjadi bagian dari demokrasi. Presiden Jokowi saja di koran Kompas hari ini (5/3), bilang begitu.

Setelah sebelumnya, 2 Desember 2019 Jokowi sempat bilang kemungkinan ada yang ingin menjerumuskannya dan 15 Maret 2021 sempat berkata tidak berniat dan berminat, ketika muncul wacana presiden tiga periode.

Memang menarik menyaksikan tingkah polah para politikus dan pemilik kekuasaan itu. Ada yang kalem, agak kalem, biasa-biasa aja, banci tampil, dan sibuk nggak ketulungan. Belum lagi menyimak laga-lagu politikus pendukungnya. Ampun.

Tapi, ya sudahlah. Prasangka baik harus tetap dikedepankan. Praduga tak bersalah harus jadi pegangan. Bahwa ada strategi, gimmick dan drama dalam mememelihara kekuasan dan meraih kekuasaan itu adalah keniscayaan. Cukup kita pahami, berkaitan dengan pemilu, politikus itu, seperti kata anak gaul dalam tagar #guamahorangnyaemanggitu; kalah minta diulang, menang minta ditunda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline