Membaca kabar seorang ibu tertipu membeli buah karena tergoda akan papan harga yang dipasang pedagang. Harga yang tertera terbaca sekilas adalah 2 kg hanya lima ribu rupiah. Sebuah harga yang tentu saja menggiurkan bagi para ibu. Lumayan bisa untuk memangkas pengeluaran.
Namun fakta kemudian adalah ibu tersebut harus membayar empat kali lipat dari yang semestinya. Setelah ada adu argumen dengan membawa papan harga ibu tersebut baru paham dengan kekeliruannya dalam membaca secara saksama. Ada angka lain dan tanda garis miring yang tertulis kecil disana. Bukan 2 kilogram namun setengah kilo gram.
Merujuk pada jurus jualan maka itulah yang kemudian sering dianggap sebagai marketing. Sebuah teknik bagaimana membuat dagangan laku atau laris. Dengan papan yang mencolok dan mengaduk aduk rasa ingin membeli bagi konsumen yang melintas. Teknik berjualan yang menimbulkan magnet orang untuk berhenti meski terasa membagongkan itu. Setidaknya ada calon pembeli yang kemudian berhenti dan memilih. Terlepas adanya kelanjutan transaksi jual beli atau tidak.
Meski tidak berdampak terlalu buruk bagi calon pembeli teknik seperti ini sebaiknya tidak menjadi alternatif sebagai cara penglaris. Masih banyak yang bisa digunakan seperti penataan barang dagangan yang rapi atau memberikan diskon yang masuk akal jika membeli banyak. Pesan papan harga tersebut semestinya sebagai petunjuk yang jelas bukan justru menyesatkan. Sebuah awal yang buruk bagi mentalitas bisnis. Belum menjalin hubungan yang baik antara penjual dan calon konsumennya agar loyal atau kembali namun sudah menitipkan harapan palsu.
Bisa dibayangkan bagaimana konsumen tersebut kemudian ada kekecewaan atas harapan di depan mata. Menikmati buah yang lezat dengan harga murah. Menunda perjalanan dan bersedia parkir untuk sebuah pesan yang ternyata laknat itu. Berjualan dengan menjaga etika adalah sebuah proses perjalanan bisnis yang baik. Bagaimana menjalin hubungan yang baik di awal adalah harapan untuk di lain waktu. Kejujuran mutlak menjadi salah satu mental calon pebisnis yang handal .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H