Lihat ke Halaman Asli

Yusuf Cahyono

Suka menulis danembaca

Berpuisi Menghidupkan Hati

Diperbarui: 8 Oktober 2021   13:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sungguh.  Puisi itu bukan sekedar pilihan kata yang indah.  Lebih dari itu.  Puisi adalah ungkapan yang penuh makna dengan bermain diksi dan irama.  Setiap kita bisa berpuisi.  Memderetkan kata kata hingga bercerita.  Mengungkap hal yang dirasa atau ingin diceritakan ke publik.  Lewat kalimat kalimat pendek yang tak penuh itu kita diajak untuk bermain kata dan rasa.  Menyuguhkna bentangan kata yang bersambung ke bawah.

Memahami puisi memang tak semudah membaca bacaan cerita.   Kalimat yang berselimut makna itu tidak mudah ditafsir atau diartikan.  Dan mungkin makna sesungguhnya dari sebuah puisi yang tahu hanyalah pemiliknya.  Pembaca sebatas mereka reka dan menduga semata.  Namun dengan keindahan diksi penikmat puisi setidaknya sudah bisa merasai sensasi  dari sebuah puisi.

Lantas dimana letak baik buruknya sebuah puisi? Siapa yang berhak menghakimi atas baik buruknya?  

Kita yang sedang belajar berpuisi tak perlu takur atau khawatir.  Berpuisilah sebisamu.  Rangkailah kata kata hingga mencipta rasa dan suasana.  Ikutkanlah hati ketika menulisnya.  Endapkan rasamu sekenanya.  Karena sungguh dalam menulis kita tak sekedar bermain dengan otak. 

Lebih dari itu.. Rasa,  emosi dan kejernihan hati lebih sering mendominasi.  Pada saatnya kau akan merasa kata kata itu datang deras mengalir begitu saja.  Seperti dalam kondisi ekstasi kau akan menikmatinya.

Puisi ditulis dengan hati.  Puisi akan berbunyi nyaring di relung relung hati yang rindu sentuhan rasa.  Berpuisi adalah cara nikmat mencurahkan suara hati.  Melegakannya hingga kita merasa telah bertutur panjang.

Berpuisilah. Mulailah dengan hal yang sederhama.  Tak perlu cemas hasilnya.  Pelan pelan kau kan terbiasa memungut kata dan menyandingkannya.  Biarkan ia tertuang  tak usah kau baca ulang.  Biarkan ia menemukan kesudahannya.  Jangan pernah menulis sambil mengedit.

Tugasmu hanyalah menyelesaikannya. Lalu coba diamkanlah sesaat. Di saat yang lain saat kau menemui tulisanmu kau akan dapati hal yang berbeda.  Ada rasa rakjub ketika menelisik kata kata yang tertulis.  Kenapa bisa menulis seperti itu.

Berpuisilah. Masih banyak kata kata yang perlu disandingkan dan dirangkum dalam bait hingga mampu bercerita.  Berbagilah kisah dan rasamu lewat puisi.  Kelak kau akan menemui dirimu di dalam kalimat kalimat itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline