Lihat ke Halaman Asli

yusuf akmal

Mahasiswa Universitas Airlangga

Proses Pembelajaran pada Pendidikan 4.0 Beserta Faktornya dan Peran Teknologi Digital

Diperbarui: 15 Juni 2022   14:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Era Revolusi Industri 4.0 saat ini menjadi isu yang sering dibicarakan, termasuk di Indonesia. Era revolusi telah dimulai sejak abad ke-18 yang diawali dengan penemuan mesin uap yang memungkinkan proses produksi dilakukan secara massal. 

Era revolusi industri inilah yang menjadi awal dari revolusi industri selanjutnya dan disebut dengan revolusi industri 1.0. Menempati abad ke 19-20, revolusi industri 2.0 mulai memasuki dengan adanya listrik, dimana penemuan itu membantu mengurangi biaya produksi. Revolusi industri 3.0 muncul kira-kira tahun 1970-an dengan tenaga komputerisasi. 

IPTEK yang terus berkembang membawa peradaban semakin maju. Tahun 2010 menyambangi rekayasa intelegensia dan fenomena internet of things, globalisasi telah merembes pada era revolusi industri 4.0 dan membuat masyarakat semakin ringan dalam beraktivitas dengan waktu yang lebih efektif dan efisien. 

Revolusi digital dan era disrupsi teknologi ialah istilah lain dari industri 4.0. Disebut revolusi digital karena terjadinya proliferasi komputer dan otomatisasi pencatatan di semua bidang. Revolusi industri 4.0 dikatakan era disrupsi teknologi karena otomatisasi dan konektivitasnya yang mengglobal.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) terutama di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini mengampu peran penting dalam perkembangan di dunia, terutama pada dunia pendidikan. Sistem Pembelajaran Dalam Jaringan (Online Learning/e-learning) merupakan hasil dari implementasi revolusi industri 4.0. 

Metode pembelajaran secara elektronik dengan menggunakan media berbasis komputer dan internet. Dimana guru dan siswanya bisa mengakses dokumen elektronik untuk menambah pengetahuannya. Siswa dapat berpartisipasi aktif karena pembelajaran online menyediakan sebuah lingkungan belajar yang interaktif (Harahap et al., 2020). 

Siswa dapat menautkan informasi elektronik ke dokumen dan proyek mereka, seolah dokumen elektroniknya "hidup." Sifat interaktif yang dapat digunakan dari internet adalah media massa dan interpersonal yang mana akses informasi dari seluruh penjuru dunia laksana suplemen dan komplemen wakil dari pengajar sebagai sumber belajar (Sadikin & Hamidah, 2020).

Pada era revolusi industri 4.0 dimana fenomena internet of things menyambangi peran vital dalam seluruh aspek, terutama dunia pendidikan saat ini harus menuruti perkembangan tersebut, banyak surplus yang di dapat dari sistem pembelajaran daring salah satunya adalah tidak terkendala jarak dan waktu, tetapi pengaplikasian sistem pembelajaran daring tidaklah sesederhana yang dibayangkan, ada beberapa aspek -- aspek yang harus dicapai telebih dahulu supaya tujuan tersebut dapat terlaksana.

Metodologi penelitian yang dipakai adalah studi kepustakaan (library research) yaitu model penelitian berlandaskan studi literatur dengan metode mengakumulasikan pustaka atau melalui menelusuri referensi dari penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, fokus dari studi kepustakaan ini ialah menelaah berbagai studi, teori, prinsip atau gagasan terdahulu yang digunakan untuk menganalisis dan mengatasi rumusan masalah yang didapat dan akan ditarik kesimpulan seperti gambaran bagaimana menyikapi revolusi industri 4.0 dalam dunia pendidikan khususnya pembelajaran secara daring/online.

Sebelum masuk ke pembahasan, semestinya sedikit meninjau terkait definisi dan ragam pembelajaran konvensional dan secara online atau daring, pembelajaran secara konvensional yakni proses pembelajaran yang dilakukan dengan memadukan lebih dari satu metode pembelajaran dan guru memiliki peran vital dalam pendekatan ini, adapun metode yang dipakai berbentuk penjelasan secara tatap muka, pemberian tugas serta tanya jawab, sedangkan e- learning dapat diartikan sebagai pembelajaran yang berdasar pada teknologi, dimana bahan ajar dikirim secara elektronik ke peserta didik jarak jauh dengan jaringan komputer.

Varietas utama antara kedua hal tersebut terletak pada media dimana sebuah perintah di jalankan, pada metode konvensional penyelenggara pembelajaran memliki kendali penuh atas lingkungannya dimana mereka akan melangsungkan segala perubahan kapanpun mereka perlukan, serta tingkat penyampaian materi masih sangat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti, kemampuan dan kepribadian guru, proses adaptasi dengan lingkungan sekitar dan penerapan modul sebagai materi pendukung, sementara dalam situasi e-learning penyedia pembelajaran diputus dari pelajar oleh internet dan dunia maya, manakala kecakapan untuk beradaptasi serta perubahan sudah tidak ada lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline