Akhirnya Happy Ending! Kisruh Dewa Kipas sejak awal Maret melalui pembukaan 'opening game' dengan kisah akun Dadang Subur a.k.a Dewa Kipas diblokir oleh chess.com. Ini dilanjutkan dengan ‘permainan inti’ atau ‘permainan tengah’ surat terbuka Irene Kharisma Sukandar untuk meluruskan isu yang dianggap merugikan citra atlet catur Indonesia di mata dunia Internasional. Memasuki 'ending game' yaitu ditutup dengan pertandingan terbuka dimana Dewa Kipas menantang Irene untuk adu bidak secara langsung.
Tantangan yang awalnya ditolak oleh Irene karena tidak diberi ijin oleh PERCASI, akhirnya benar-benar terwujud dengan difasilitasi oleh Master (bukan gelar pemain catur yaa…) Deddy Corbuzier di channel YouTube-nya yang ditonton secara live mencapai 1,25 juta viewers, menjadi trending #1 YouTube dan total penonton mencapai lebih dari 8 juta hingga artikel ini ditulis, and still counting on… WoW!!
Tantangan Dewa Kipas tentunya bukan main-main. Lawan tandingnya adalah pecatur Indonesia pertama yang berhasil menyandang gelar Grand Master Internasional Wanita (GMIW) sejak Desember 2008, ini gelar tertinggi untuk pecatur wanita level dunia. Apalagi tantangan ini dilakukan secara live disaksikan jutaan viewers di Indonesia dan dunia. Tekanan besar tentu di pihak Irene untuk membuktikan kualitas dan gelarnya sebagai pecatur GMIW internasional dan atlet nasional Indonesia. Dukungan mengalir deras kepada Dewa Kipas, seolah-olah ini peperangan David vs Goliath. Tokoh David-nya yaitu Dewa Kipas, pecatur antah berantah yang mendadak tenar karena merasa terdzolimi oleh chess.com dimana akunnya diblokir karena sepak terjangnya di catur online-nya. ‘Goliath’-nya tentu Irene dengan segudang prestasi dan gelar di level internasional.
22 Maret pukul 15.00, pertandingan dimulai. Publikasi media online yang masif, dengan dipromotori Deddy Corbuzier berlangsung proper layaknya pertandingan profesional, namun dikemas dengan santai membuat laga ini menyedot jutaan penonton. Bumbu penyegar pertandingan catur yang biasanya menegangkan, berubah menjadi menyenangkan dan asyik ditonton. Penyebabnya menurut saya karena kehadiran komentator cantik Chelsie Monica, yang memberikan analisa pertandingan yang mudah dipahami oleh penonton, tetapi juga wajah menyenangkan sehingga penonton tidak bosan diperhadapkan papan catur terus menerus. Ini ditambah juga komentar-komentar dari chat box para netizen Indonesia yang gokil dan kreatif abis membuat ngakak. Sampai-sampai saya sering teralihkan fokusnya bukan menonton pertandingannya tapi komentar dari netizen.
Pertandingan berakhir dengan kemenangan telak Irene 3-0. Dewa Kipas dibuat tak berkutik dengan pembukaan yang terstruktur, pertahanan yang kokoh, serta serangan yang cantik dari Irene membuat Dewa Kipas tidak berkutik sampai blunder beberapa kali. Permainan posisional namun kadang menghentak dan unpredictable dari Dewa Kipas dihadapi dengan tenang dan kalem oleh Irene. Dewa Kipas menyerah dan mengakui kekalahan dari Irene. Pertandingan berakhir dengan happyending karena keduanya tetap mendapatkan hadiah, 200 juta untuk Irene dan 100 juta untuk Dewa Kipas.
Saya setuju ini akhir yang (semoga) menyenangkan dari semua pihak.
IreneKharisma, atlet profesional dengan Surat Terbuka-nya menggunakan bahasa yang sangat tegas dan lugas selayaknya sedang bermain catur, ingin menunjukkan bahwa kisruh ini menggelinding dengan tidak benar dan membesar, namun berdampak negatif karena mencoreng dunia catur Indonesia khususnya di mata dunia internasional, dan ini yang sedang dia bela.
Saya kagum dengan profesionalisme Irene yang berani membela profesinya walaupun harus dibully netizen di dunia maya, namun sekali lagi responnya sangat bagus menunjukkan kualitas cara berpikir, bukan dengan emosi sesaat namun strategi pemilihan kata-katanya dapat dipahami dengan tepat.
"Saya ini atlet, bukan artis. Justru karena saya atlet, yang saya tuju adalah prestasi, bukan sensasi. Jadi, panggung saya adalah panggung keolahragaan,"
Irene juga menerima tantangan Dewa Kipas bukan dengan menganggap remeh. Dia tahu apa yang dia sedang pertaruhkan. Nama besar dan gelar di dunia olahraga yang sudah 20 tahun dia tekuni. Namun, Irene tetap tenang dan menghadapi Dewa Kipas dengan profesional bahkan mempersiapkan pertandingan ini dengan sangat serius seolah-olah ini Olimpiade Internasional.