Lihat ke Halaman Asli

Yusuf Senopati Riyanto

Shut up and dance with me

Robohkan "Setan Oligarki Politik"

Diperbarui: 9 April 2022   08:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mahasiswa sudah menjadi keharusan menjadi mitra kritis dan berada di barisan terdepan untuk memperjuangkan ketidakadilan. Kita Mahasiswa Harus Berani Melawan Dirikita Sendiri. Namun, belakangan ini para mahasiswa justru lesu dan tertunduk seperti para manusia yang "diperbudak jabatan". Apakah demikian ?.

Saat ini pasca yang sama-sama kita sebut sebagai reformasi, malah terjadi dilema yang dialami sahabat mahasiswa. Salah satunya kesempatan berkarir mapan dengan harapan menemukan petualangan baru. Sementara di sisi lain, terdapat restrukturisasi aturan kampus agar tidak membiarkan mahasiswa berada dalam berbagai keindahan mimpi mahasiswa.. 

 

Saat Ini Waktunya.

Dimulai dari omnibus law yang tidak mencerminkan omnibus law, pemindahan Ibukota tanpa rencana yang jelas dan matang, perpanjangan masa jabatan presiden, penundaan pemilu hingga inflasi yang tidak dapat dikendalikan oleh pemerintah dan malahan "mengkambing hitamkan" Negara asing. Pembandingnya pun tidak relevan. Mr President Jokowi membandingkan inflasi Indonesia (INA) dengan Uncle Sam dan negara-negara Eropa (Europe) dimana Negara yang dibandingkan dengan INA tersebut adalah Negara Maju,Negara Adi Daya, dimana Gross Domestic Product (GDP) di INA berbeda. Disebut dengan Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara. Diambil dari situs resmi Badan Pusat Statistik (BPS), GDP menjadi salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu. GDP pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara. Dan GDP Negara-negara AdiDaya tersebut jauuhhh berbeda dengan Negara Republik Indonesia kita ini. Akan jauh lebih cerdas apabila dibandingkan dengan inflasi yang terjadi di Negara-negara Asia Tenggara.

kondisi Indonesia saat ini begitu memprihatinkan. Begitu banyak kemiskinan dan kelaparan, angka pengangguran tinggi, jaminan fasilitas kesehatan yang belum memadai, banyaknya jalan akses keluar masuk pedesaan yang jauh dari kata layak, kalau tidak ingin dikatakan gagal, jembatan penghubung antar desa masih banyak yang belum ada, serta berbagai deretan masalah lainnya. Termasuk tingginya inflasi menjelang bulan Ramadhan 2022.

Tak terelakkan, permasalahan demi permasalahan yang terjadi di negeri ini solusinya hanya dengan berutang. Apakah demikian ?. Indonesia adalah salah satu negara yang gemar berutang untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Alih-alih menyelesaikan permasalahan malah muncul masalah baru, hingga sampai detik ini utang kita(yang oleh Pemerintah masih dibilang aman), malah semakin menumpuk. Utang pemerintah pada Januari 2022 bertambah Rp10,30 triliun dibandingkan bulan sebelumnya. Seharusnya pemerintah memprioritaskan bagaimana cara untuk bayar utang yang tiap harinya semakin membengkak akibat bunga.

Analogi Tubuh Manusia.

Apabila kita analogikan dengan tubuh manusia maka kita digerakkan oleh otak yang berada didalam kepala kita. Artinya Presiden Negara demokrasi kita sebut saja Negara presidensiil adalah Kepala Negara yaitu Presiden. Alangkah tidak jujur dan bijaknya kita, apabila kita menyaksikan Mr President yang berulang kali mengeluhkan kinerja para pembantunya alias, apabila kita analogikan dengan tubuh manusia adalah anggota tubuhnya sendiri. Kepala adalah Pemroses berbagai kebijakan juga keputusan yang diambil oleh para Menteri. Tidak mungkin Kepala tidak mengetahui kinerja bawahannya. Kecuali Kepalanya "sakit kronis".

Jadi sangatlah dzalim apabila kita hanya menyalahkan para Menteri yang notabene juga dipilih oleh Kepala tersebut, yaitu Mr President. Sangatlah tidak waras.

Salam Perjuangan sahabat, jadi tanggal 11 dan 12 nanti kita turun menyuarakan ketidak beresan yang terjadi di Negara yang kita cintai ini  sudah barang tentu memang sudah seharusnya demikian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline