Pada tanggal 2 Agustus 2024, Lab Teko menampilkan drama "Orang Kasar" karya Anton Chekov dalam rangkaian Festival Teater Jakarta Timur. Pertunjukan ini menampilkan Ciko sebagai Bilal, Tiai sebagai Nyonya Martopo, dan Aldi sebagai Mandor Darmo. Drama ini dipentaskan dengan kecenderungan percampuran antara tragedi dan komedi, sesuai dengan naskah saduran yang dikerjakan oleh WS Rendra dan di sutradarai oleh Ayil.
Dalam bagian awal naskah, penonton disuguhi dengan kedukaan mendalam Nyonya Martopo yang ditinggal mati suaminya. Setelah tujuh bulan berlalu, Nyonya Martopo semakin larut dalam kedukaannya dan mengurung diri di rumah megahnya. Kondisi ini membuat Mandor Darmo, seorang lelaki jenaka dan tangan kanan Nyonya Martopo, ikut prihatin. Usaha Darmo untuk membujuk Nyonya Martopo keluar rumah sia-sia belaka, karena Nyonya Martopo bersumpah setia kepada suaminya meskipun suaminya sering berbuat serong.
Situasi berubah ketika Baitul Bilal, seorang mantan tentara yang kini menjadi pengusaha perkebunan, datang ke rumah Nyonya Martopo untuk menagih hutang yang belum dilunasi oleh suami Nyonya Martopo. Bilal harus membayar bunga kepada bank esok harinya atau lahan perkebunannya akan disita. Namun, Nyonya Martopo tidak bisa membayar saat itu juga karena bendahara perkebunan sedang ke kota.
Di bagian tengah hingga akhir cerita, terjadi komedi situasi. Bilal diam-diam menaruh hati kepada Nyonya Martopo. Meski terjerat oleh kewajiban membayar bunga ke bank, Bilal tidak bisa memaksa Nyonya Martopo sepenuhnya. Justru ia semakin jatuh cinta kepada Nyonya Martopo ketika mengajarinya cara menembak dan melihat bulu mata Nyonya Martopo dari dekat.
Dalam pementasan ini, para pemeran menggunakan pola akting Stanislavski, yang menekankan penghidupan karakter berdasarkan latar belakang, emosi, motivasi, hubungan antar tokoh, dan setting cerita. Hal ini membuat para pemeran mampu menghidupkan karakter-karakter dalam drama dengan lebih mendalam dan autentik.
Naskah ini menarik karena mengangkat sosok mantan tentara yang menjadi pengusaha perkebunan, yang masih relevan dengan kondisi di negeri ini. Selain itu, naskah ini juga mengangkat pandangan laki-laki terhadap perempuan, serta menyinggung persoalan ekonomi kapitalis dengan jeratan hutang berbunga tinggi yang menimbulkan efek sosial dan personal yang signifikan. Alasan inilah yang membuat naskah ini dipilih untuk dipentaskan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H