Lihat ke Halaman Asli

Cinta Lokasi hanyalah Cinta Sesaat

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa remaja adalah masa-masa transisi perkembangan. Dikatakan sebagai masa transisi karena pada masa itu terjadi proses perubahan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa remaja dimulai sekitar umur 10 hingga 12 tahundan berakhir padsa usia sekitar 18 hingga 22 tahun.

Jika berbicara mengenai remaja, pasti identik dengan romantika dan kata cinta. Mereka yang di juluki sebagai “Darah Muda” memang terlalu cepat utuk menyimpulkan suatu hal tanpa memikirkannya matang-matang. Remaja selalu berusaha untuk merealisasikan sebuah rasa dengan sebuah pengungkapan berlatarbelakang cinta. Tanpa melalui proses penafsiran yang panjang apa dan bagaimana cinta .

Cinta merupakan topic yang paling hangat bagi kalangan remaja. Tidak heran lagi, mengapa dunia remaja berkaitan erat dengan cinta.Di masa itulah hati para remaja mengalami gejolak yang amat dahsyat. Mereka berlomba untuk mengungkapkan dan merealisasikannya dengan berbagai usaha dan caranya sendiri. Tanpa harus mengikuti kursus atau bimbingan belajar, remaja sangat ahli untuk mewujudkannya.

Fenomena yang sering terjadi saat ini adalah “Cinlok” atau biasa sering dikenal dengan cinta lokasi. Jika berbicara mengenai lokasi, bisa ditafsirkan adanya remaja yang sedang jatuh hati terhadap lawan jenisnya dikarenakan seringnya mereka berjumpa dalam satu lokasi yang sama dalam frekuensi waktu yang bisa dikatakan sering. Sehingga timbullah sinyal-sinyal diantara keduanya.

Karena cinta sering melanda para remaja, dan remaja merupakan masa-masa transisi. Bisa diartikan bahwasannya remaja itu labil. Labil dalam artian mereka terlalu cepat mengambil sutau keputusan namun juga cepat untuk menghilang dan menjauhi resiko yang membahayakan mereka. Dan itu juga berpengaruh dengan cinta yang mereka alami.

Remaja sering mengumbar kata-kata cinta kepada lawan jenisnya. Hal itu dikarenakan mereka berusaha untuk mengaktualisasi jati diri mereka dalam hal cinta. Ironisnya mereka sering berganti-ganti pasangan karena sikap labil yang mereka miliki tersebut.

Ditambah dengan suatu kondisi dimana para remaja terkumpul pada suatu komunitas dalam suatu lokasi tertentu. Mereka akan sering berjumpa dengan lawan jenisnya. Dari situlah cinta lokasi bermula. Dari rasa penasaran dan rasa ingin tahu mereka menjadi dekat dan semakin dekat. Kalau sudah dekat, lalu apalagi yang akan terjadi? Pastilah timbul rasa nyaman hingga berujung pada sebuah pengungkapan yang bernama “Cinta”.

Setelah terjadi pengungkapan cinta, terjalinlah suatu hubungan. Rasa cinta yang timbul diantara keduanya ini terjadi karena mereka dalam satu lokasi dan sering bertemu. Namun apakah dengan terciptanya ikatan tersebut juga akan berakhir dengan happy ending? Tidak! Tidak semua cinta selalu berakhir dengan kebahagiaan.

Dengan seringnya pertemuan diantara mereka bukan berati itu tidak bisa menimbulkan suatu masalah pada hubungan mereka. Justru karena seringnya mereka bertemu itu bisa memicu berbagai masalah menimpa. Dan ketika masalah tersebut hingga mencapai klimaksnya, pastilah perang dunia ketiga akan terjadi. Akhirnya mereka memutuskan untuk berpisah dan menjauh dari sebuah komunitas yang mereka ikuti sebelumnya hanya gara-gara cinta lokasi yang terjadi diantara mereka berdua. Dari hal ini bisa kita simpulkan bahwa cinta lokasi hanyalah cinta sesaat dalam sebuah lokasi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline