Lihat ke Halaman Asli

Yustisia Kristiana

TERVERIFIKASI

Akademisi

Menggairahkan Potensi Pariwisata Nusa Tenggara Timur Melalui Konektivitas Udara

Diperbarui: 15 Januari 2024   18:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kampung Adat Prai Ijing di Kabupaten Sumba Barat, NTT (Foto: Dokumentasi pribadi)

Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagai salah satu surganya keindahan alam Indonesia, memiliki potensi pariwisata yang melimpah. Salah satu daya tarik utama yang mempopulerkan wilayah NTT adalah keberadaan hewan komodo di Taman Nasional (TN) Komodo dan Labuan Bajo. Bahkan kemudian Labuan Bajo ditetapkan sebagai Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) sejak tahun 2019.

NTT memiliki lima pulau besar dikenal dengan nama 'Flobamorata' yang terdiri atas Pulau Flores, Sumba, Timor, Alor, dan Lembata.

Tantangan Konektivitas Udara di NTT

Wilayah NTT adalah provinsi kepulauan yang membutuhkan konektivitas udara dalam pengembangan pariwisata. Salah satu tantangan utama dalam meningkatkan konektivitas udara di NTT adalah terkait dengan infrastruktur, khususnya bandar udara. 

Terdapat 15 bandar udara di NTT, namun belum semua bandar udara dapat menampung pesawat jenis Airbus atau Boeing.

Keadaan ini berdampak pada ketersediaan maskapai penerbangan yang dapat melayani rute penerbangan di NTT, dan akhirnya menyebabkan harga tiket pesawat antarkabupaten/kota di NTT menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan penerbangan antarprovinsi. 

Maskapai penerbangan lebih memilih melayani rute Kupang-Maumere atau Kupang-Labuan Bajo karena antara lain alasannya adalah bisa didarati pesawat jenis Airbus atau Boeing.

Hanya satu maskapai yang beroperasi untuk penerbangan antarkabupaten/kota di NTT menggunakan pesawat tipe ATR. Tarif penerbangan dengan tipe pesawat ATR jauh lebih mahal dibandingkan dengan pesawat jenis Airbus atau Boeing yang digunakan untuk penerbangan antarprovinsi dari NTT ke provinsi lain.

Faktor yang menyebabkan hal ini antara lain karena kurang optimalnya utilisasi pesawat ATR dalam melayani wilayah perintis, serta harga bahan bakar pesawat avtur yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga avtur di bandara besar.

Dukungan Seluruh Pemangku Kepentingan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline