Lihat ke Halaman Asli

Yustisia Kristiana

TERVERIFIKASI

Akademisi

Tauto Pekalongan: Sensasi Kuliner di Tengah Perjalanan

Diperbarui: 21 April 2023   02:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tauto (foto: dokumentasi pribadi)

Menurut reportase Lebaran 2023, diperkirakan akan terjadi arus mudik terbesar pada tahun ini dengan jumlah lebih dari 123 juta penduduk. Mayoritas pergerakan akan dilakukan melalui transportasi darat dan di penghujung bulan Ramadan sudah banyak masyarakat yang berangkat meninggalkan wilayah Jabodetabek, baik menuju ke arah barat maupun timur.

Nah, bagi yang melakukan perjalanan mudik ke arah timur dengan rute Pantai Utara (Pantura) dan melewati Pekalongan, cobalah untuk mencicipi tauto, yaitu soto yang dipadukan dengan tauco. Tauto menghasilkan cita rasa yang sangat khas dan menjadi salah satu kuliner legendaris Pekalongan.

Cerita Tauto

Tauto adalah hasil dari penggabungan budaya Tiongkok dan India. Makanan ini disajikan dengan kuah yang kental dan memiliki aroma yang khas, dan termasuk dalam kategori soto yang sangat populer di kalangan penggemar kuliner Nusantara.

Tauto, sebuah hidangan yang termasuk dalam jenis soto, diberi nama berdasarkan kata-kata dari bahasa Tiongkok dan India, yaitu "caudo" dan "tauco". Tauto berasal dari caudo, sebuah sup khas Tiongkok, yang kemudian diolah dengan bumbu tauco yang berasal dari India.

Mengutip berbagai sumber dikatakan bahwa soto berasal dari kata cao du (chau tu), yang merupakan kata Tionghoa. Kata sao du (sao tu) atau sio to dalam bahasa Hokkian adalah asal kata soto. Dengan demikian, kata cao berarti rumput atau rempah, shao berarti masakan, dan du berarti perut, jeroan sapi, atau babat.

Pada abad ke-19, Semarang menjadi tempat di mana soto pertama kali berkembang. Setelah itu, soto menjadi semakin menyebar ke seluruh Indonesia, termasuk Pekalongan. Di Pekalongan, masyarakat setempat menyebutnya sebagai “tauto”, yang merupakan kombinasi dari kata “tauco” dan “soto”.

Dahulu, tauto biasanya disajikan dengan potongan daging kerbau. Hal ini terkait dengan pengaruh agama Hindu di daerah Pekalongan. Dalam kepercayaan Hindu, sapi dianggap sebagai hewan suci sehingga penyembelihan sapi dilarang. Namun, seiring berjalannya waktu dan hilangnya pengaruh budaya Hindu-Jawa, daging kerbau diganti dengan daging sapi. Brisket atau lamur adalah bagian daging yang biasa digunakan untuk membuat tauto.

Soto Tauto Bang Dul

Tauto yang banyak diminati dapat ditemukan di Warung Soto Tauto Bang Dul. Bila saat mudik jalur yang digunakan adalah Tol Trans Jawa, maka dapat memilih untuk keluar melalui pintu tol Batang-Pekalongan. Salah satu cabang Soto Tauto Bang Dul berada Jl. Dr. Cipto No. 119, di depan Pasar Grosir Batik Setono Pekalongan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline