"Jadi mahasiswa senengnya waktu pengumuman diterima doang." Kalimat ini tak jarang didengar atau bahkan diucapkan oleh para mahasiswa. Menjadi seorang mahasiswa baru, utamanya di kampus impian, tentu membuat hati senang dan bangga. Hampir semua pelajar menantikan masa perkuliahan dimana mereka dapat belajar sesuai minat dan bakat serta mengeksplor diri dengan maksimal. Namun, kita kadang tak sadar bahwa saat-saat menjadi mahasiswa baru adalah salah satu fase rentan seseorang mengalami stres. Hal ini disebabkan banyaknya perbedaan kultur SMA dan perguruan tinggi yang mengharuskan mahasiswa baru untuk beradaptasi. Penyesuaian diri harus dilakukan dengan cepat mulai dari sisi akademik hingga sosial. Semakin lama proses adaptasi, semakin besar kemungkinan mengalami stres. Stres ini perlu dihindari karena dapat menghambat performa belajar bahkan berpengaruh pada kesehatan mental mahasiswa. Lalu, faktor apa saja yang dapat memicu stres pada mahasiswa baru?
1. Faktor Akademik
Mahasiswa baru cenderung mengalami stres akademik yang lebih besar karena mereka harus beradaptasi dengan sistem dan pola belajar di perguruan tinggi. Banyaknya mata kuliah yang harus diambil dalam satu semester, cepatnya ritme pembelajaran, dan lingkungan yang ambisius merupakan tantangan yang perlu dihadapi oleh mahasiswa. Belum lagi ekspektasi dari diri sendiri dan orang sekitar yang menambah tekanan akademik, hal ini sering dialami oleh mahasiswa yang meraih banyak prestasi di SMA-nya.
2. Faktor Sosial
Berpisah dengan teman semasa sekolah, mahasiswa baru harus mencari teman di perguruan tinggi masing-masing. Latar belakang yang berbeda-beda dan tingginya individualisme terkadang menyulitkan mahasiswa baru dalam menemukan lingkaran pertemanan yang nyaman. Tugas kelompok dan organisasi dapat menjadi sarana mencari relasi. Namun, pada saat bersamaan, padatnya kegiatan sosial di lingkungan fakultas dapat menguras energi dan memicu stres pada mahasiswa baru.
3. Faktor Lingkungan dan Keluarga
Stres karena faktor ini sering dijumpai pada mahasiswa rantau yang tinggal di kos dan jauh dari keluarga. Suasana kamar baru, lingkungan kos, dan kota yang asing membuat mahasiswa baru tidak nyaman. Kesepian dan rasa kangen keluarga meningkatkan kemungkinan stres pada mahasiswa terutama saat mereka mengalami hari yang berat. Selain itu, mahasiswa baru juga dituntut hidup mandiri seperti mencari makan, mencuci, dan bebersih semuanya harus dilakukan sendiri.
Nah, itu tadi berbagai faktor penyebab stres yang sering muncul pada mahasiswa baru. Sebenarnya, stres adalah hal yang wajar dialami oleh setiap orang. Yang terpenting adalah bagaimana cara kita mengelola stres tersebut supaya tidak memberi dampak negatif dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini adalah cara-cara yang dapat dilakukan mahasiswa baru untuk mengatasi stres:
a. Kenali Penyebab Stres
Saat mengalami stres, coba renungkan sejenak masalah apa saja yang kita alami dan manakah yang membuat kita tertekan. Setelah menemukan sumbernya, kita dapat mencari solusi yang tepat. Merenung dan menemukan akar masalah juga membantu kita menenangkan pikiran, membuat masalah yang nampak rumit menjadi sederhana dan dapat diselesaikan.
b. Manajemen Waktu dan Atur Skala Prioritas
Stres akademik atau stres organisasi karena padatnya tugas dan kegiatan dapat diatasi dengan manajemen waktu yang baik. Atur skala prioritas dan buatlah to-do list harian untuk membantu kita menyelesaikan semua kewajiban tanpa tertinggal. Urutkan prioritas dengan mempertimbangkan penting atau tidaknya tugas dan berapa lama waktu yang diberikan (deadline).
c. Jalin Hubungan dengan Teman Baru di Kampus
Di dunia perkuliahan, support system sangat diperlukan sehingga mau tidak mau kita harus berkenalan dengan orang-orang baru di kampus. Carilah teman dengan tujuan yang sama supaya kalian dapat berbagi kesulitan dan saling membantu. Apabila kita mengalami masalah dalam belajar, teman satu program studi dapat membantu secara langsung dengan belajar bersama atau memberikan saran yang konkrit karena mereka menghadapi hal yang sama.
d. Jaga Komunikasi dengan Keluarga atau Teman Sekolah
Berbeda fakultas atau universitas bukan halangan untuk terus berkomunikasi dengan teman sekolah. Tak jarang teman sekolah dapat memberi perhatian lebih pada masalah yang kita alami. Selain teman sekolah, kita dapat menceritakan masalah pada keluarga. Curhat pada mereka akan meringankan beban di pikiran dan hati kita serta memberikan solusi dari sudut pandang yang netral.
e. Cari Tahu Tentang Lingkungan Barumu
Untuk mahasiswa rantau, sempatkan diri untuk mengenali lingkungan sekitar mulai dari kos, kampus, dan kota baru. Biasakan diri dengan lingkungan kos dan kampus serta bersosialisasilah dengan orang-orang di dalamnya. Jika ada waktu, cobalah berkeliling kota baru. Semakin kenal, semakin cinta, semakin nyaman, ini bisa membantu kita menghindari stres.
f. Luangkan Waktu Untuk Self-Care
Mahasiswa baru memang sibuk, tetapi luangkanlah waktu untuk merawat diri sendiri. Jagalah tubuh dengan mandi teratur, memakai skincare, konsumsi makanan sehat, tidur yang cukup, dan olahraga. Selain itu, kita dapat melakukan healing atau self-reward. Hal-hal ini dapat meningkatkan mood dan tentunya menjaga kesehatan fisik maupun mental.
Menjadi mahasiswa baru adalah hal yang patut dibanggakan dan disyukuri. Itu adalah awal dari perjalanan panjang yang penuh tantangan. Menjadi mahasiswa berarti siap menyesuaikan diri dengan segala perubahan yang ada. Di tengah perjalanan menuju kesuksesan, pasti ada kesulitan yang membuat kita stres. Jangan menyerah dan hadapi, setiap hambatan menjadikan kita manusia yang lebih hebat. Untuk mahasiswa baru, selamat dan semangat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H