“Mas karaokean yuk”
“Nggak ah, males”
“Wah tumben, sampeyan kan raja karaoke, kok sekarang bisa mengatakan tidak untuk karaokean?”
Mas Romo tidak menjawab pertanyaan kawannya. Karena sebenarnya bukan soal berkaraoke yang tidak disukainya lagi. Mas Romo enggan berkaraoke karena kini merasa tak nyaman kalau duduk di sofa. Perut Mas Romo sudah buncit sehingga terasa ada yang mengganjal dada kalau duduk di sofa.
Karena ketidaknyamanan itulah maka Mas Romo menyatakan moratorium pada acara karaokean, berhenti untuk sementara sampai keadaan kembali normal. Nah, di waktu moratorium itu Mas Romo telah merancang kegiatan yang bertujuan untuk mengecilkan perutnya, bukan menjadi six pack tapi ya paling tidak tonjolannya tidak terlalu kentara. Selama ini Mas Romo menyembunyikan tonjolan perutnya dengan memakai T-Shirt berukuran XXL, padahal pasnya adalah M.
Namun rupanya kawan Mas Romo penasaran sehingga terus mengejar apa alasan sehingga Mas Romo tak lagi mau pergi ke karaoke. “Kenapa sih Mas?”
“Urusan perut kawan?” jawab Mas Romo singkat.
Kawan Mas Romo kaget mendengar jawaban itu. Urusan perut?. Jangan-jangan Mas Romo bangkrut sehingga mesti mengutamakan uang untuk urusan perut, makan. Hanya saja selama ini tak terdengar ada kabar bahwa Mas Romo terkena masalah keuangan. Wajahnya juga masih seperti biasa, tidak menunjukkan ada beban berat yang tengah dipikulnya.
“Mas Romo sedang ada masalah keuangan kah?” tanya temannya tidak tahan.
Mas Romo kaget ditanya begitu. Namun kemudian sadar bahwa jawaban singkatnya tadi ditafsir lain oleh kawannya.
“Eh... jangan salah kira dulu kawan. Urusan perut tadi bukan soal mengutamakan makanan tetapi memang urusan perut beneran” ujar Mas Romo sambil menunjukkan perutnya yang membuncit.
“Dengan perut seperti ini jadi menyiksa untuk saya kalau duduk di sofa. Nah untuk apa kita pergi ke karaoke bersenang-senang kalau kenyataannya justru membuat saya tersiksa karena perut terasa mengganjal dada” terang Mas Romo.
Kawan Mas Romo tertawa terpingkal-pingkal dan kemudian berkata “Jadi Mas Romo menghentikan kebiasaan ke karaoke untuk sementara karena ingin mengecilkan perut terlebih dahulu?”
“Ya, begitulah ... biar nyaman kalau duduk”
“Hebat, ini kebalikan dari para petinggi yang kita pilih untuk menjadi pemimpin dan wakil-wakil kita” ujar kawan Mas Romo.
“Maksud kamu apa?. Siapa juga yang suka perutnya gendut?” tanya Mas Romo.
“Ya mereka itu Mas ..... mereka yang dulu meratap-ratap, meminta-minta suara kita bak pengemis. Setelah terpilih lupa pada kita dan mengendutkan perutnya sendiri. Perut orang-orang disekitarnya, sanak saudara, teman dekat, tim sukses dan partainya” kata kawan Mas Romo panjang lebar.
“Yang gendut kan bukan perut mereka tapi kantongnya?”
“Ya, dari kantong itu Mas... lalu mengalir ke perut” ujar kawannya lagi.
“Kok mau ya perutnya gendut ... buncit ... kan nggak enak kalau duduk dan berat juga kalau harus jalan-jalan” kata Mas Romo.
“Justru itu yang mereka cari Mas, biar berat sehingga kalau sudah duduk susah berdiri. Kalau sudah menduduki jabatan nggak mau diganti, maunya tetap duduk terus entah bagaimanapun caranya” terang kawan Mas Romo.
“Iya..iya ya ... para pemimpin dan wakil kita itu begitu cinta pada kursinya, sehingga untuk menemui warganya saja mesti dijadwalkan. Mereka lebih suka membahas persoalan warga di ruang rapat ketimbang langsung menemui warganya” sahut Mas Romo.
Begitulah watak pemimpin saat ini, maka begitu ada sosok yang rajin blusukan langsung jadi pemberitaan, jadi media darling. Dan terbukti sosok yang suka blusukan itu perutnya tak segendut Mas Romo.
Pondok Wiraguna, 19 Januari 2014
@yustinus_esha
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H