Lihat ke Halaman Asli

Catatan Pemilu Mas Romo 12: #DipensiunkanDini

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Begitu bangun, Mas Romo biasanya langsung meraih smartphonenya untuk mengecek pesan atau kabar di sosial media. Kalau ada yang menarik maka bisa dipastikan acara bersih-bersih diri bakal tertunda sampai matahari meninggi. Keasyikan itu hanya akan tertunda andai alarm perut melilit tak bisa lagi ditahan.

Pagi itu, ketika membuka account twitter-nya Mas Romo menemukan serial kicauan dari seseorang yang ternama karena kerap muncul di televisi layaknya juru bicara bagai partainya. Orang itu juga rajin datang di sebuah acara yang berdurasi jam-jaman di sebuah stasiun televisi swasta. Pangkal soalnya adalah dirinya dipensiunkan secara dini oleh partainya dari kedudukan sebagai anggota dewan perwakilan rakyat.

Mas Romo tekun membaca kicauan yang di retweet oleh seseorang yang terhubung dengan Mas Romo. Banyak hal yang bisa diperoleh oleh Mas Romo. Mas Romo juga paham kalau orang itu sepertinya kurang senang diberhentikan. Namun ketika Mas Romo tahu kalau orang itu sudah mencalonkan diri untuk menjadi calon anggota DPD dari tanah kelahirannya, simpati Mas Romo hilang.

“Lah, nda usah diberhentikan kan seharusnya juga sudah berhenti sendiri. DPD kan tidak berafiliasi ke partai, jadi alangkah baiknya ya berhenti saja dari partai kalau ingin menjadi anggota DPD”, ujar Mas Romo dalam hati.

Urusan loncat meloncat memang lazim di politik. Seseorang meloncat dari kamar satu ke kamar lain tentu saja untuk mempertahankan elektabilitas, kemungkinan untuk terpilih. Banyak juga anggota DPD yang konon independen, masih tetap duduk di kursi DPD namun sudah mengampanyekan diri sebagai calon anggota DPR dari partai tertentu. Di daerah Mas Romo, sekurangnya tercatat dua orang anggota DPD yang menyeberang ke kamar sebelah, menjadi calon wakil rakyat dari partai tertentu. Sayangnya kedua orang itu tidak mempensiunkan dirinya sendiri.

Alarm di perut Mas Romo berbunyi dan setelah menyalakan sebatang rokok, Mas Romo segera ambil langkah seribu menuju WC. Sembari menghisap dalam batang rokoknya Mas Romo berencana untuk segera mandi dan kemudian menuju warung kopi favoritnya untuk mengobral kata dengan kawan-kawannya.

“Tumben ini Mas, pagi-pagi dah sampai di markas. Nggak ada yang masak di rumah kah?” ujar seorang kawan bergurau.

Mas Romo hanya tersenyum menanggapi godaan kawannya.Kemudian mereka mulai terlibat pembicaraan yang hangat sambil menikmati minuman dan gorengan yang juga tak kalah hangatnya. Namun sang kawan rupanya menangkap ada kegelisahan dalam diri Mas Romo.

“Perbicangan kita pagi ini asyik banget, tapi nampaknya ada nada-nada galow dalam diri Mas Romo nih?”

Mas Romo tak menyangka mendapat telisik sedalam itu dari kawannya.

“Sebenarnya nggak galaw juga tetapi memang ada sesuatu yang menganggu. Pagi ini saya baca serial twit seseorang yang dipensiun dini”, ujar Mas Romo.

“Wah, kasian ya.... banyak orang memang nggak siap pensiun, makanya banyak yang mengajukan perpanjangan masa kerja” sahut kawannya.

“Tapi ini bukan perihal pensiun pegawai, tapi dipensiunkan dini dari partai alias dipecat”

“Oh.... kok menganggu Mas Romo“

“Ya itu ...saya juga gak paham kenapa jadi bikin diri nggak enak”

“Eneg kah Mas”

“Betul .... bikin eneg aja ... kalau sudah dipecat baru ngomong soal kebenaran. Padahal waktu baik-baik saja pasti juga praktek dan kebiasaan di partai itu nggak beda jauh pada saat dia dipecat. Lha kenapa dulu diam saja, bahkan membela-mbela partainya kalau ada yang menyerang. Jadi persoalan bangsa kita ini memang benar soal integritas, keselarasan antara kelakuan dengan omongan” ujar Mas Romo layaknya curhat.

“Lagu kita kan memang maju tak gentar membela yang bayar. Jadi kalau sudah tidak menguntungkan lagi, sudah tidak satu klik lagi ... yang dulu paling disayangipun bisa dibenci sampai ujung rambut”

“Yang membuat miris, ini terjadi di ruang publik. Terpublikasi, sehingga menjadi pendidikan buruk untuk anak-anak kita. Sejak awal anak-anak tidak dididik untuk setia kawan, persahabatan yang sejati melainkan pertemanan dan persahabatan berdasarkan kepentingan. Saya bersyukur seseorang bicara kebenaran atau kejujuran, tapi kok ngomong kebenaran dan kejujuran kalau sudah berseragam tahanan KPK, atau sudah mendekati kesana?” keluh Mas Romo.

“Ah, sudahlah Mas. Pusing bicara seperti ini, ringkas sajalah tidak usah kita pilih lagi orang-orang seperti itu”

“Lha, memang iya kita nggak akan pilih orang itu, karena memang nggak bisa. Dia kan mencalonkan di daerah yang bukan tempat kita memilih”, ujar Mas Romo.

“Ya, kalau begitu kita berdoa saja semoga pemilih di daerah pemilihan orang itu sama pikirannya dengan kita”

“Amin aja deh kalau gitu?”

“Maksud Mas Romo”

“Menurut saya sih Tuhan nggak ikut campur urusan pilih memilih” sahut Mas Romo.

“Iya sih”, kata kawan Mas Romo sambil garuk-garuk kepala gara-gara keringatan karena hari semakin memanas.

Pondok Wiraguna, 18 Januari 2014

@yustinus_esha

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline