Lihat ke Halaman Asli

Catatan Pemilu Mas Romo 11: #MusimCerai

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Meski dianggap sebagai acara tidak bermutu namun yang namanya infotainment tetap merupakan acara favorit Mas Romo. Sebagai orang yang menderita syndrome GU (Gila Urusan), maka Mas Romo merasa perlu untuk tahu kabar kabur dari para selebriti. Bagi Mas Romo selebriti termasuk dalam tokoh publik yang pernak-pernik hidupnya harus terus disorot. Dengan mengikuti berita perihal selebritas, Mas Romo selalu merasa akan tetap punya bahan jika kumpul-kumpul dan beradu liur dengan temannya.

Yang namanya berita selebriti bercerai selalu menarik perhatian Mas Romo. Maka kalau ada selebriti menikah, biasanya Mas Romo bertaruh dengan kawan-kawannya soal berapa lama perkawinan mereka akan bertahan. Pada dasarnya banyak yang perkawinannya bertahan lama dan bisa menjadi pasangan yang menginpirasi bagi keluarga-keluarga lainnya. Namun akhir-akhir ini ada semacam kecenderungan, pasangan selebriti semakin mudah bercerai. Banyak selebriti muda sudah kawin cerai lebih dari dua kali.

“Mas, soal cerai itu bukan cuma urusan selebriti, suami dan istri. Politisi sekarang juga banyak yang cerai kok”, kata kawan Mas Romo.

“Betul, sudah nggak berlaku lagi pepatah bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.”

“Iya Mas .... bercerai kawin lagi”.

Bercerai dalam politik memang sudah jadi kelaziman sekarang. Yang namanya koalisi, pencalonan bersama misalnya untuk kepala daerah, kebanyakan tak akan bersatu hingga akhir. Bahkan di tengah-tengah perjalanan saja sudah menunjukkan perpecahan. Akibatnya di baliho-baliho jarang terpampang wajah walikota dan wakilnya bersama-sama misalnya. Dan menjelang akhir pemerintahan, biasanya juga akan berfoto sendiri-sendiri, sang kepala mencalonkan diri kembali tanpa mengandeng wakilnya karena wakilnya juga ingin jadi kepala.

Pun banyak pula yang naik karena didukung oleh partai tertentu, setelah jadi kemudian berselingkuh dengan partai lain, keluar dan pindah ke partai baru. Seseorang yang naik dari jalur indipenden, begitu jadi mengingkari independesinya karena kemudian bergabung dengan partai politik.

“Kan dalam politik dikenal adagium tak ada lawan atau kawan abadi dalam politik, ya kan Mas?” timpal seorang kawan.

“Ya begitulah reasoningnya untuk memaklumi kebiasaan jadi kutu dan bajing loncat. Pemakluman ini kemudian membuat seolah-olah dalam politik itu segala macam cara dihalalkan, politik jadi beraroma busuk. Baik dipermukaan tapi di belakang saling tikam”, ujar Mas Romo.

“Wah seperti partai yang katakan tidak padahal korupsi itu ya Mas Romo. Sepertinya sekarang pada saling tikam”, tanggap kawan lainnya.

Peristiwa sekelompok orang dalam partai saling tikam, baku cungkil, selalu saja menjadi penghias jagad politik menjelang pemilihan umum. Selalu saja ada partai yang mengalami kondisi panas, gonjang-ganjing karena terkena prahara. Situasi yang bukan hanya menguntungkan bagi partai lainnya tetapi juga membuat riang para pengamat politik. Pengumuman pooling politik juga selalu dinantikan, seakan-akan angka yang diungkapkan akan benar-benar terjadi . Padahal semua itu hanyalah prediksi, walau memang berbasis pada kenyataan, yaitu opini respondennya pasa saat itu. Dan dengan treatment tertentu esok harinya bisa saja opini responden berubah.

“Jadi cerai, ribut-ribut itu tak begitu pengaruh pada perolehan suara nanti ya Mas Romo?” tanya seorang kawan.

“Ya, bisa saja mempengaruhi, tapi pengaruh itu tak lama. Orang kita kan pelupa, kalau ada kejadian yang menghebohkan seluruh energi dihabiskan untuk membicarakannya. Begitu ada kejadian berikut maka kejadian sebelumnya akan dilupakan. Dan kejadian-kejadian kan bisa saja direkayasa?” terang Mas Romo.

“Jadi, seperti kenaikan harga gas 12 kg diam-diam itu rekayasa ya Mas?”

“Wah, kalau itu jangan tanya sayalah. Prinsipnya cara baca kebijakan kita itu harus terbalik, kalau mereka bilang nggak tahu .... ya sebetulnya tahu. Kalau mereka bilang paham, ya sebenarnya nggak benar-benar mengerti. Sudah banyak contohlah ... bahwa apa yang dikatakan dan diputuskan itu sebetulnya kebalikan dari yang sesungguhnya?”, terang Mas Romo.

“Contoh lain ada nggak Mas?”

“Gampang, misalnya soal mobil murah. Katanya mau mengutamakan pembangunan yang low carbon, lha kok malah mengijinkan mobil murah yang membuat orang ramai-ramai beli mobil, jumlah mobil semakin banyak. Nah kalau mobil murah pasti teknologi juga teknologi murah yang menghasilkan banyak carbon, tidak rendah emisi” lanjut Mas Romo.

“Jadi sikap kita mesti gimana Mas Romo?”

“Sudah nda usah terlalu pedulikan perceraian di partai politik. Lebih baik kita amati aja perceraian selebritis. Eh, siapa tahu ada janda artis yang mau jadi pacar kita”, sahut Mas Romo sambil tersenyum nakal,

Pondok Wiraguna, 18 Januari 2014

@yustinus_esha




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline