Lihat ke Halaman Asli

Yustinus YorbiDuha

Manusia biasa

Pertama Kali Membawa Renungan Secara Mendadak Ibadat Syukuran Setelah Pemakaman Seorang yang Meninggal

Diperbarui: 25 Februari 2021   15:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

QPada hari sabtu 20 Februari 2021 pukul 11:30 Wib, ada panggilan masuk dari umat (ketua dewan stasi) pada saat itu secara mendadak beliau meminta saya untuk membawa renungan di salah satu acara doa syukuran setelah selesai pemakaman salah seorang umat Paroki St. Maria Gusit di Desa Fodo yang telah meninggal, hal ini membuat saya cemas dan tidak langsung jawab ya? Mengapa karena belum pernah memimpin ibadat doa syukur seperti ini walau sudah pernah bersama sama dengan Pastor dan katekis senior selain itu juga persiapan untuk membawa renungan masih belum ada persiapan. Dalam pembicaraan kami saya beri tahu beliau bahwa ada beberapa kegiatan saya hari ini apalagi hari ini banyak yang saya siapkan berhubung besok hari Minggu mempersiapkan segala perlengkapan supaya perayaan Ekaristi dapat berjalan dengan baik, alasan ini pun saya lontarkan kepadanya jadi saat itu juga saya beri tahu kepadanya apakah baiknya kita beri tahu dengan sekretaris/katekis? Jawabnya baiknya kami bicara saja sekarang apakah boleh kamu kasih Hp Mu samanya? Saya bila baiklah saya kasih sama bapak ya?

Saat itu bicaralah mereka bapak sekretaris/katekis paroki dan hasil ke putusan setelah mereka bicarakan tertunjuk kepada saya dengan alasan supaya lebih bagus ke depan untuk memimpin kalau bukan sekarang kapan lagi, hal ini membuat saya cemas langsung dengan sendirinya saya mempertanyakan kepada diriku apakah saya siap? Saat itu juga ada sesuatu hal yang harus saya belanjakan di pasar maka waktu yang saya gunakan untuk persiapkan hanya 2 jam lamanya, maka dari saya berangkat sampai kembali saya selalu saya mempertanyakan apakah bisa kah saya nanti? Dan dari mana saya ambil teks renungan dalam situasi itu?

Spontan saya merenungkan Yesus Engkulah Andalanku, kembali dari belanja saya tanya bapak sekretaris/katekis apakah ada tata ibadat-Nya beliau menjawab ada hanya bahasa Nias dalam hatiku inilah membuat lagi kecemasan mengapa karena bahasa daerah Nias di daerah ini beda dengan bahasa kami yang dari selatan, maka dengan itu saya mencari cara supaya dapat teks ibadat dalam bahasa Indonesia mulailah bongkar-bongkar buku sambil mencari di internet setelah saya cari ternyata ada di internet dengan teks bacaan dan renungan dengan lengkap semua.

Maka jawab dalam hatiku kembali terima kasih Tuhan maka mulailah saya kerjakan sampai selesai jam 13:00 Wib sementara ibadat akan dimulai pada pukul 14:00 Wib maka dalam waktu ini saya memiliki waktu untuk mempersiapkan diri hanya 30 menit karena dari paroki menuju ke tempat 30 menit juga, setelah sampai bersama dengan teman saya Stefanus Arius Gulo ke tempat saya mereka menerima kami dengan baik dengan mempertanyakan mengapa orang adik yang datang? Jawab kami, Ibu kami datang untuk mewakili bapak dewan stasi karena beliau sedang berhalangan ada salah satu juga umat yang menikah maka beliau mengutus kami untuk memimpin ibadat saat ini, dengan senang hati ibu itu berkata baiklah nak sebentar lagi kita akan mulai karena masih banyak orang yang harus kita tunggu, maka saya menjawab baiklah ibu.

Maka mulailah kegiatan ibadat pada pukul 14:45 Wib setelah orang yang harus ditunggu sudah datang. Dan saya mempersiapkan diri saya lagi dengan Spontan Berdoa dalam hatiku Ya Tuhan Engkaulah Andalanku, mulailah kegiatan ini dan dalam urutan untuk membawa renungan pada bagian ke 3 dari sekian kegiatan. Untuk mengawali ibadat saya memberi tahu dari mana asal kami dan nama kami sekaligus untuk meminta maaf sebelumnya bila nanti membawa renungan ini ada hal yang tidak pas, sampai berakhirlah renungan saya tetap masih grogi dan cemas masih bertanya dalam hatiku apakah yang saya sampaikan ini mengerti kah? mereka karena saya membawakan dengan bahasa Indonesia?

Maka berakhirlah ibadat ini dengan baik, sampai-sampai lagu penutup dan tanda salib penutup lupa karena saya anggap nanti kita bawakan lagu penutup pada terakhir padahal hanya saat itulah berakhir ibadat. Maka berakhirlah kegiatan ini dengan jamuan kasih dan saat itu juga setelah selesai saya meminta pamit kepada keluarga bagaimana kalau kami mendahulukan karena masih banyak kegiatan kami di paroki maka keluarga memberi izin dan kembali kami dan saling memberikan pertanyaan kepada sesama bagaimana kawan apakah pas yang kita sampaikan tadi dengan lucunya kami tertawa di jalan sampai di paroki. Maka hal ini saya bersyukur kepada Tuhan bahwa segala sesuatu yang saya sampaikan tadi karena belas kasih dan menjadi pembelajaran bagi saya karena sebagai katekis dan petugas pastoral wajib mempersiapkan diri dan selalu siap siaga untuk melayani Umat di mana pun. Tuhan Yesus Memberkati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline