Imlek merupakan perayaan tahunan bagi masyarakat Tionghoa di seluruh dunia. Imlek atau sering disebut Cap Go Meh merupakan ungkapan syukur dan harapan atas berkat pada masa yang lalu dan yang akan datang. Meski Imlek menjadi perayaan besar bagi warga Tionghoa, namun di Indonesia Imlek juga dirayakan masyarakat pada umumnya.
Sejarah Imlek
Dalam sejarah Imlek ada mitos yang paling terkenal, yakni binatang Nian. Menurut legenda, Nian merupakan binatang raksasa di pegunungan yang muncul pada akhir musim semi. Mereka mempercayai bahwa makhluk tersebut memakan hasil panen, binatang ternak, bahkan menyerang manusia dan menyebabkan kehancuran.
Kepercayaan masyarakat Tionghoa tersebut mendorong mereka untuk menyediakan makanan di depan rumah mereka dengan maksud mencegah Nian supaya tidak memangsa manusia. Konon ada seorang lelaki bijak mengetahui bahwa Nian takut dengan suara keras (petasan) dan warna merah.
Kemudian orang-orang memasang lentera dan gulungan (perlengkapan) serba merah di jendela dan pintu rumah mereka untuk menceah Nian masuk. Awalnya mereka membuat suara retakan dari bambu yang kemudian digantikan dengan petasan untuk menakut-nakuti Nian. Sejak saat itu Nian tidak kembali lagi.
Asal --usul Imlek
Awalnya Imlek merupakan perayan para petani di Cina pada musim semi, dimana mereka terkesan dengan keadaan alam di sekitarnya yang menyenangkan.
Tumbuh-tumbuhan mulai tumbuh dan binatang-binatang mulai keluar. Imlek dirayakan masyarakat Tionghoa sejak 3.500 tahun lalu dengan perayaan festival saat musim semi tiba pada hari pertama hingga ke-15 dalam bulan pertama. Sejarah menyebutkan bahwa pada akhir masa Dinasti Xia tanggalnya ditentukan pada bukan ke-1.
Sementara Dinasti Shang menentukan pada bulan ke-12. Kemudian pada akhir masa Dinasti Han ditentukan perayaannya pada bulan ke-1 perhitungan China dan berlaku hingga saat ini. Perkembangan adat-istiadat dan perayaan tahun baru Imlek mengalamai fase yang lama.