Lihat ke Halaman Asli

Yusticia Arif

TERVERIFIKASI

Lembaga Ombudsman DIY

Pilihan Baru Berwisata dengan Berkereta : Aman dan Nyaman

Diperbarui: 16 Desember 2015   13:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musim ujian akhir sekolah telah berakhir. Pada masa-masa pasca ujian akhir sekolah seperti ini, ada banyak cara untuk menyambut liburan. Yang paling umum dilakukan adalah sekolah mengadakan kegiatan liburan atau piknik bersama-sama sebagai perayaan telah berakhirnya masa 1 semester. Kebanyakan kegiatan liburan dilakukan diluar kota dan menempuh perjalanan yang tidak sebentar.

Di kota-kota yang popular menjadi destinasi wisata, bus-bus wisata sudah mulai memenuhi jalanan kotanya. Seperti Jakarta, Bandung, Bali, Yogyakarta, Malang dan sebagainya.

Saat ini, bus wisata berukuran besar dengan kapasitas 40 tempat duduk masih menjadi primadona transportasi bagi pelancong yang berpesiar bersama-sama tentu dengan pertimbangan utama adalah kapasitas tempat duduknya. Bus berkapasitas besar yang mampu menampung banyak orang sekaligus dianggap mengakomodasi kebersamaan.

[caption caption="Rombongan wisatawan yang tiba di St Lempuyangan Jogja dan dijemput bus wisata "][/caption]

[caption caption="Bus wisata menunggu wisatawan di St Lempuyangan Jogja"]

[/caption]

Meski demikian, transportasi menggunakan bus masih memiliki beberapa keterbatasan, terutama dengan waktu tempuh apabila perjalanan cukup panjang dan melintas beberapa kota sehingga kemungkinan menemui kepadatan atau kemacetan lalu lintas dalam perjalanannya tersebut. Resiko kecelakaan di jalan raya juga cukup besar. Dari tahun 2009 - 2013, 138 ribu orang meninggal dan 700 ribu orang terluka pada kecelakaan di jalan raya. Kecelakaan lau lintas sepanjang tahun rata-rata 70%. Penyebab terbesar adalah human error (80-90%).

Kecelakaan lalu lintas merupakan momok mengerikan yang terjadi di banyak negara. Terlebih untuk negara-negara berkembang dimana urusan transportasi masih seperti benang kusut.

Data terbaru yang dikeluarkan WHO, Indonesia menempati peringkat kelima untuk kematian akibat kecelakaan, tapi yang mencengangkan Indonesia menempati urutan pertama untuk urutan peningkatan kecelakaan menurut data yang Global Status Report on Road Safety yang dikeluarkan WHO. Indonesia dilaporkan mengalami kenaikan jumlah kecelakaan lalulintas hingga lebih dari 80% (Republika, 6 November 2014).

Dibandingkan dengan kecelakaan kereta api, menurut KNKT yang dirilis Tribunnews 16 Desember 2015, jumlahnya menurun signifikan. Berdasarkan data yang diterima Tribunnews, jumlah kecelakaan pada 2007 ada 14 kecelakaan, 2008 terdapar delapan kecelakaan, 2009 terjadi delapan kecelakaan, 2010 terjadi sepuluh kecelakaan, 2011 terjadi satu kecelakaan, 2012 terjadi tiga kecelakaan, dan 2013 terjadi dua kecelakaan.

Berkereta adalah pilihan

Beberapa kali saya menemui rombongan wisatawan yang memanfaatkan pelayanan kereta api. Waktu itu rombongan dari sebuah SMA dari Jember menumpang KA Sri Tanjung relasi Banyuwangi-Yogyakarta. Pilihan berkereta adalah realistis dan logis. Karena pada jarak tersebut, menumpang bus dapat memakan waktu lebih lama daripada berkereta. Rombongan tersebut tiba di Jogja dan kemudian dijemput dengan bus besar. Kini, memesan kendaraan di kota tujuan pun mudah, tinggal browsing diinternet dan membuat kesepakatan tentang tujuan wisata dan tarifnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline