Lihat ke Halaman Asli

Yusticia Arif

TERVERIFIKASI

Lembaga Ombudsman DIY

Komunitas Pramekers: Menua Bersama di Kereta

Diperbarui: 25 November 2015   12:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia adalah makhluk sosial dan memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan sesamanya. Bentuk interaksi bisa beraneka warna dan terjadi dimana saja. Demikian juga dengan kami, para pelaju, istilah bagi orang melakukan perjalanan ulang-alik dari satu tempat ke tempat lain. Di wilayah Kutoarjo, Yogyakarta hingga Solo terdapat sebuah komunitas yang mewadahi para pelaju yang menggunakan kereta sebagai moda transportasi utamanya. Di ketiga wilayah tersebut, yang bernaung dalam wilayah Daerah Operasi 6 PT KAI, bergabung bersama para pelaju membentuk komunitas yang dinamai Komunitas Pramekers.

Kemunculan komunitas atau paguyuban ini tentunya tidak tiba-tiba. Ada sentimen-sentimen perasaan yang membuat individu-individu pelaju ini kemudian bergabung dalam 1 kelompok. Beberapa sentimen perasaan tersebut antara lain :

  • Seperasaan:
  • Sepenanggungan:
  • Saling memerlukan: (Mac Iver dan Page, 1961: 293). 

Interaksi yang kami lakukan tak hanya lewat pertemuan di dalam rangkaian kereta,  tetapi juga melalui akun media sosial. Segala keluh kesah tentang kereta api lokal ini saling dibagikan dan mencoba mencari solusi bersama-sama. Jika dibandingkan komuter Prambanan Ekspress ini berbeda dengan komuter di kota-kota lainnya. Pertemuan di rangkaian kereta Prameks ini tidak menciptakan konflik tetapi justru akomodatif. Dalam hal ini perilaku dipengaruhi oleh budaya Jawa di mana orang harus menghargai satu sama lain. Hal inilah yang menyebabkan Pramekers mudah berinteraksi satu dengan yang lainnya dan membentuk komunitas.

[caption caption="Kegiatan Syawalan dan Audiensi Pramekers dengan Jajaran Daop 6 di Yogyakarta (dok.pri)"][/caption]

Sistem sosial komuter ini memiliki unsur-unsur yang saling terkait (Talcott Parsons). Terdapat 4 sistem yaitu: Jawa (sistem kultural), Pramekers (sistem perilaku individu dan kepribadian), komuter (sistem sosial), sistem kepribadian.

Sistem tersebut membentuk:

  • Adaptation: membawa kursi lipat, bekal makanan dan minuman, memasukkan sepatu ke dalam kantong dan kertas koran, mengantisipasi kehabisan tiket dsb
  • Goal Attainmen: perbaikan pelayanan transportasi kereta api
  • Integration: membangun komunitas
  • Latency Pattern Intennence: pola perilaku budaya komuter

Empat poin di atas melebur fungsinya kedalam sistem yang saling berkaitan. Oleh karena itu hal inilah yang menjadi alasan kenapa para pramekers mempertahankannya. Jika salah satu berubah maka yang lainnya ikut berubah, terjadi ketidakseimbangan dalam sebuah sistem. Itu berarti mereka harus beradaptasi, memulainya dari awal ketika bertemu dengan komuter. Oleh karena itu para pramekers mencoba melakukan pengontrolan lewat komunitasnya.

Kebersamaan adalah keseharian, dari berkereta menjadi bersaudara. Dan bahkan menua bersama di kereta, karena terdapat fakta, bahwa ada pelaju pelanggan KA Prameks sejak tahun 80an (saat itu KA Prameks masih bernama Kuda putih).

[caption caption="Berfoto selfie sebelum naik kereta (dok.pri)"]

[/caption]

Jika kita melakukan refleksi pada kondisi hari ini, penjelasan di atas merupakan salah satu contoh nyata bagaimana sistem transportasi bekerja, dalam hal ini kereta api. Dalam situasi ini dijelaskan bahwa alat transportasi tidak bisa dilepaskan dari lingkungan berasal. Ketika terjadi perubahan maka akan mempengaruhi aspek yang lainnya. Oleh karena itu lingkungan perlu menjadi pertimbangan dalam menerapkan sistem transportasi. Kereta api memiliki daya tarik yang sangat kuat karena lebih cepat dan bermuatan lebih besar dibanding alat transportasi yang lainnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline