Kampung Badran terletak disisi barat kota Yogyakarta dan berbatasan langsung dengan salah satu sungai besar yang melintas di Yogyakarta, yaitu Sungai Winongo. Bagi warga Yogyakarta, citra kampung Badran sebagai kampung preman sudah lama dikenal. Gelar mengerikan ini melekat erat, karena memang kondisi sosial masyarakatnya di waktu itu sedemikian negatif : anak-anak jalanan, preman, hidup dengan segala ketidakteraturannya menjadikan wilayah ini nampak sangar. [caption id="attachment_278748" align="aligncenter" width="448" caption="Berdiskusi dengan Bu Endang Rohjiani di kantor FKWA, Kampung Badran Yogyakarta (koleksi pribadi)"][/caption] Adalah seorang Ibu Endang Rohjiani, seorang lulusan sarjana hukum yang di awal karirnya bekerja untuk LSM Tjoet Njak Dien, yang berangkat dari keprihatinan ini, mulai memikirkan bagaimana agar anak-anak jalanan dari Kampung Badran ini diberdayakan secara positif. Berbagai gagasan kemudian mengalir. Pada awalnya, sekitar tahun 2000, awalnya Ibu Endang hanya melakukan capacity building kepada ibu-ibu dasawisma. Selain itu, Ibu Endang juga memerikan stimulus untuk membuat simpan pinjam skala kecil sebagai counter terhadap keberadaan renternir yang sangat marak di Kampung Badran pada waktu itu. [caption id="attachment_278749" align="aligncenter" width="512" caption="Papan bertuliskan Hak-hak Anak (koleksi pribadi)"]
[/caption] Kemudian untuk memberdayakan anak-anak jalanan, dibentuk PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) agar anak-anak jalanan ini tidak kembali di jalan dan justru mendapatkan ketrampilan dan pendidikan yang memadai, sehingga masa depan mereka lebih baik. Pada akhirnya, kegiatan PKBM ini semakin berkembang hingga mempunyai taman bacaan, memiliki bimbingan belajar untuk anak-anak SD berbiaya murah, dan memberikan pengajaran kepada masyarakat sekitar yang masih buta huruf. [caption id="attachment_278750" align="aligncenter" width="448" caption="Unit Kegiatan Taman Bacaan Masyarakat Rumah Bambu di Kampung Badran (koleksi pribadi)"]
[/caption] Pada tahun 2006, dibentuk forum Lintas Winongo, sesuai dengan nama sungai yang mengalir di Kampung Badran, dengan konsentrasi kegiatan adalah pengelolaan sampah. Sampah-sampah sebelumnya sudah dipilah antara sampah organik dan an organik pada tingkat rumah. Sampah organik kemudian dikelola sendiri menjadi kompos dimana masing-masing rumah sudah difasilitasi dengan komposter, sedangkan sampak an organik dijual di Bank Sampah yang buka setiap hari Minggu pada pukul 8.00-12.00. Bank Sampah sendiri bekerja sama dengan pengepul sampah an organik untuk menjual sampah-sampahnya. [caption id="attachment_278757" align="aligncenter" width="448" caption="Komposter yang dimiliki warga (koleksi pribadi)"]
[/caption] [caption id="attachment_278752" align="aligncenter" width="448" caption="Bila Sungai Bersih, Kehidupan Membaik (koleksi pribadi)"]
[/caption] Karena kebetulan berdekatan dengan Sungai Winongo, dimana pemerintah Kota Yogyakarta akhir-akhir ini memberikan perhatian yang relatif intens, karena kebanyakan bantaran telah menjadi hunian yang relatif padat. Kini muncul semacam kesadaran untuk menjaga lingkungan bantaran dan sungainya sekaligus. Mungkin perhatian paling awal akan pentingnya memelihara dan memanfaatkan bantaran sungai muncul beriringan dengan dibangunnya Kebun Binatang Gembira Loka (Kebon Rojo) pada tahun 1953. [caption id="attachment_278753" align="aligncenter" width="448" caption="Fasilitas Kolam Renang di bantaran Sungai Winongo, memberikan income kepada masyarakat di sekitarnya (koleksi pribadi)"]
[/caption] [caption id="attachment_278754" align="aligncenter" width="448" caption="Taman Bermain di pinggir Sungai Winongo (koleksi pribadi)"]
[/caption] [caption id="attachment_278755" align="aligncenter" width="448" caption="Gazebo di pinggir sungai (koleksi pribadi)"]
[/caption] [caption id="attachment_278756" align="aligncenter" width="448" caption="FKWA terus membangun fasilitas bermain untuk anak (koleksi pribadi)"]
[/caption]
Demikianlah pelaksanaan kegiatan penataan di Kali Winongo dilakukan oleh FKWA (Forum Komunikasi Winongo Asri) dengan didampingi oleh Bappeda Kota Yogyakarta. Dengan hierarkhi Camat ke Lurah, Lurah ke LPMK, LPMK ke RT dan RW. Pelaksanaan kegiatan penataan Kali Winongo Asri dibagi dalam 3 zonasi, meliputi Zona Utara, Zona Tengah, dan Zona Selatan. Pembatasan zonasi dibagi berdasarkan wilayah geografis dengan jembatan sebagai batasannya. Misalnya, dari jembatan A sampai dengan jembatan B, meliputi kanan kiri sungai.
Ketika memulai pembicaraan mengenai penataan Kali Winongo, FKWA tidak berbicara mengenai berbagai permasalahan yang terjadi di sepanjang bantaran Kali Winongo. FKWA justru berbicara mengenai potensi dari masalah tersebut, potensi yang memberikan dampak positif kepada masyarakat, khususnya dampak positif yang bernilai ekonomis. Dengan cara ini ternyata FKWA mampu menarik simpati dan antusiasme dari masyarakat di sepanjang bantaran Kali Winongo. Akhirnya mereka berembug, membangun mimpi mereka akan bantaran kali yang menjadi lingkungan tempat tinggal mereka hingga terwujudlah sebuah grand design penataan sungai. FKWA kemudian menggandeng pemerintah untuk memberikan bantuan kepada masyarakat di sepanjang bantaran kali dengan cara membuat lomba penataan bantaran Kali Winongo per zonasi dengan memberikan reward untuk memotivasi yang berupa pendanaan untuk mewujudkan grand design yang telah mereka buat.
[caption id="attachment_278758" align="aligncenter" width="448" caption="Dilarang membuang sampah di sungai (koleksi pribadi)"]
[/caption]
Pada intinya, penataan Kali Winongo dibuat berdasarkan kebutuhan masyarakatnya sehingga diharapkan pada proses perencanaan, proses pembangunan sampai dengan maintenance dan perawatannya, masyarakat benar-benar terlibat secara langsung dan merasa memiliki terhadap fasilitas-fasilitas tersebut. Strateginya supaya berlanjut adalah bagaimana usaha itu memberikan income bagi masyarakatnya. Inilah yang sukses dilakukan FKWA, masyarakat mendapatkan keseluruhan nilai positif bagi diri dan lingkungannya dari berbagai aspek, termasuk predikat layak anak bagi kampung Badran ini, sebuah predikat istimewa mengingat anak-anak adalah aset dan calon penerus generasi di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H