Lihat ke Halaman Asli

Yusticia Arif

TERVERIFIKASI

Lembaga Ombudsman DIY

Belajar Kesalehan Sosial dari Pak Sholeh, Pemilik Soto Pak Sholeh Yogyakarta

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Siapa tak kenal Soto Pak Sholeh di Kampung Tegalrejo Yogyakarta? Setiap musim liburan, warung soto daging sapi ini selalu dipenuhi pelanggan, termasuk pelanggan lama yang ingin beromantisisme di Kota Yogyakarta. Warung soto Al Barokah yang terkenal dengan nama Soto Pak Sholeh ini terletak di sisi barat Kota Yogyakarta, tepatnya dari perempatan Pingit, Jalan Magelang ke barat, sampai menemukan Jalan Tompeyan kemudian belok kiri, lurus saja dan kita akan menemukan warung yang penataan interiornya nyaris tidak berubah sejak lama : selalu dipenuhi kalender dari vendor atau jenis-jenis perusahaan/kantor yang ikut nebeng beriklan di warung soto ini...

Dari portal Kota Yogyakarta, saya mendapatkan informasi, Pak Sholeh telah merintis usaha ini sejak tahun 1950an dengan cara menjajakan secara berkeliling, berpindah-pindah tempat dan akhirnya menetap di Jalan Wiratama Tegalrejo ini, sampai sekarang.

Menurut pakar kuliner Indonesia, Bondan Winarno dalam tayangan televisi beberapa waktu yang lalu, orang Yogyakarta identik dengan sarapan soto. Tak heran, berbagai macam pedagang soto tersebar banyak di sudut-sudut kotanya. Dan sepertinya, berangkat dari pertimbangan ini, prospek usaha soto masih akan terus terbuka di Kota Yogyakarta ini.

Kembali ke Soto Pak Sholeh. Seorang teman menceritakan ayahnya yang berkeinginan membuka warung soto di bilangan selatan Kota Yogyakarta. Singkat cerita, ayah teman saya ini "berguru resep" kepada Pak Sholeh, jauh sebelum Pak Sholeh meninggal. Tak disangka, Pak Sholeh berkenan membagi resepnya kepada ayah teman saya itu.

Barangkali ini adalah situasi dimana orang akan tetap memilih menjaga rahasia resep masakan yang sudah sangat laris itu, namun alih-alih Pak Sholeh justru membaginya, suatu pandangan yang saat ini melawan jaman.

"Kalo cuma membagi resep soto ini tidak masalah, persoalan rasa masakan bisa dipelajari siapa saja yang ingin berjualan soto, tapi bahwa ketika soto itu nanti laku atau tidak, semua itu sudah rejeki masing-masing dan sudah diatur Yang Maha Kuasa....."

Demikian penuturan Pak Sholeh seperti yang diceritakan kembali oleh teman saya. Sungguh, suatu pandangan yang luar biasa dari seorang Pak Sholeh yang tanpa ragu membuka resep masakan soto, yang selama ini menjadi tumpuan nafkah keluarga mereka, tanpa takut tersaingi bahwa usaha mereka kelak  akan terancam atau mundur gara-gara duplikasi resep yang justru dishared oleh Pak Sholeh pribadi.

Bagi yang sering mampir di Warung Soto Al Barokah ini, tanda-tanda kekhawatiran itu justru tidak pernah terjadi. Dan sebaliknya, warung ini makin hari makin sukses.

Maka menurut saya : berbagi harta (melalui zakat, infaq dan sedekah) tidak akan pernah membuat kita miskin; dan berbagi ilmu justru akan membuat kita semakin dipahamkan atas ilmu yang telah kita miliki itu. Pak Sholeh telah menjadi sosok inspiratif sebagai manusia yang menerapkan konsep berbagi, tanpa takut kekurangan atau kekhawatiran bahwa apa yang dibaginya itu menjadi berkurang atau hilang. Tuhan tidak tidur dan telah "menjawab" sebab-sebab yang ditempuh Pak Sholeh sehingga warung sotonya senantiasa mendapatkan berkah, sebagaimana yang menjadi nama (dan mungkin keyakinan) bagi warungnya.

Wallahualam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline