Keputusan untuk bekerja sebagai dosen bagi saya bukanlah keputusan yang datang begitu saja. Bukan karena alasan tidak mendapatkan pekerjaan lain lalu mencoba peruntungan di dunia pendidikan.
Profesi pengajar adalah impian saya sejak kecil. Tumbuh sebagai anak yang senang belajar dan berdiskusi, membuat saya menemukan kenikmatan ketika mengajarkan sesuatu yang saya ketahui kepada orang lain.
Tekad untuk menjadi dosen mulai bulat saat saya kuliah dulu. Pada awalnya cita-cita saya tidak muluk-muluk, hanya mau bekerja sesuai keterampilan saya. Bagi saya itu sudah cukup. Namun, ternyata Allah SWT memberikan jalan lain. Saya akhirnya memutuskan untuk menjadi dosen setelah sarjana.
Awalnya saya belum bisa menemukan kenikmatan sebagai pengajar saat memulai mata kuliah pertama. Justru saya "demam panggung". Saya merasakan dua jam berdiri di depan kelas bagaikan penderitaan.
Inikah profesi yang saya impikan sejak dulu? Mungkin itu yang saya pikirkan saat itu. Alhamdulillah setelah berjalan seminggu, saya mulai menemukan ritme kerja yang pas. Pekerjaan sebagai dosen membuat saya merasa nyaman.
Rasa nyaman itu mulai timbul setelah saya berusaha untuk menikmati setiap aktifitas dan kegiatan saya di kampus. Walaupun tak dipungkiri kadang sifat dongkol sering timbul tatkala melihat sikap mahasiswa dalam perkuliahan.
Cara mereka berkomunikasi dengan dosen, cara mereka mengerjakan tugas yang diberikan, dan banyak lagi hal yang membuat saya menjadi berpikir tidak karuan.
Masalah mahasiswa yang kurang "greget" bukan hanya karena masalah pribadi mahasiswa yang bersangkutan. Tapi juga berkaitan dengan proses perkuliahan yang dilakukan dosen di kampus.
Dari masalah ini saya banyak belajar. Dosen tidak hanya mengajar semata tapi juga harus mampu mendidik. Dosen juga harus sabar dalam menghadapi perilaku dan sikap anak didiknya.
Menurut saya, disinilah seorang dosen harus menunjukkan kecintaannya terhadap profesi mulia ini. Ada kata seorang pendidik yang membuat saya tertegun dan berpikir. Seandainya profesi dosen dilakukan dengan penuh cinta, betapa hebatnya mahasiswa kita saat ini.
Kita tidak melihat mahasiswa dari sisi kemampuannya saat ini. Melainkan fokus pada kemampuan mereka saat nanti.