Lihat ke Halaman Asli

Surga Milik Siapa?

Diperbarui: 29 Juli 2018   01:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Surga itu milik siapa ????? yang jelasnya bukan milik manusia. Siapa yang berhak memutuskan seseorang masuk surga??? yang jelasnya bukan manusia.

Yang berhak untuk memastikan seseorang masuk surga atau tidak itu hak mutlak pemilik surga, bagi mereka yang melakukan amal perbuatan yang sesuai aturan dan ketentuan yang telah ditetapkanNya.

Apa yang kita perbuat di dunia ini tidak ada jaminan di terima atau atau tidak oleh pemilik surga. Apalagi hanya bergantung pada penilaian manusia.

Lantas apa yang harus kita perbuat di dunia ini???? Tak lain dan tak bukan berperilakulah sesuai dengan aturan dan ketentuan sesuai  yang telah dituliskan dalam pedoman yang dibuat oleh pemilik surga. Dengan syarat tidak berlebih-lebihan dan tidak kaku.

Sejatinya manusia hanya dituntut berbuat baik serta berlomba-lomba dalam kebajikan untuk meraih ridho dan rahmatNya pemilik surga.

Akhir-akhir ini surga seolah-olah sudah menjadi milik manusia. Bahkan menjadikan surga sebagai komoditi politik untuk meraup kekuasaan dan jabatan

Ada sebuah kisah Imam Al-Ghazali dan seekor lalat yang ditulis oleh Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nashoihul 'Ibad tentang seseorang yang berjumpa Imam Al-Ghazali dalam sebuah mimpi.

Imam Al-Ghazali mengisahkan bahwa di hadapan Allah ia ditanya tentang bekal apa yang ia serahkan untuk-Nya. Al-Ghazali pun menyebut satu persatu seluruh prestasi ibadah yang pernah ia jalani di kehidupan dunia.

Ternyata Allah menampik berbagai amalan Imam Al-Ghazali kecuali satu kebajikan saat bertemu dengan seekor lalat. Dengan kebajikan itu pula, Allah memerintahkan Al-Ghazali dalam mimpi itu "Masuklah kamu bersama hambaku ke surga".

Kisah Al-Ghazali dengan seekor lalat bermula ketika Al-Ghazali hendak menulis sebuah kitab yang dikarangnya tiba-tiba ada seekor lalat datang menghampirinya. Lalat tersebut dengan pelan-pelan masuk ke dalam wadah tinta.  Al-Ghazali membiarkan lalat tersebut minum karena Al-Ghazali tahu bahwa lalat tersebut pasti haus.

Berangkat dari kisah ini, kira-kira perbuatan apa yang pantas kita andalkan menuju Surga. Sementara kita terus-terusan sibuk dengan perdebatan hanya karena berbeda pendapat, berbeda warna dan aliran politik yang pada akhirnya saling menghujat, menyakiti bahkan mengintimidasi seseorang dengan segala dalil yang tidak jelas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline