Tim KKN UNNES GIAT 9 Desa Gemampir mengadakan program kerja pengenalan sejarah batik dan pelatihan pembuatan batik jumput kepada para siswa yang dilaksanakan di SD Negeri 01 Gemampir, Desa Gemampir, Kec. Karangnongko, Kab. Klaten (27/07/24).
Kegiatan ini merupakan bagian dari serangkaian program kerja yang direncanakan oleh Tim KKN UNNES GIAT 9 Desa Gemampir, yang dijadwalkan melaksanakan kegiatan bakti desa, yang dimulai dari tanggal 24 Juni sampai 15 Agustus 2024.
Pada kegiatan pengenalan sejarah batik dn pelatihan pembuatan batik jumput, Tim KKN menggandeng pihak sekolah, yaitu dari SD Negeri 01 Gemampir. Sinergi kolaborasi ini didasarkan pada analisis Tim KKN dan atas saran dari pihak Pemerintah Desa Gemampir, agar program kerja pelatihan ini bisa menjangkau banyak warga dan lebih terukur, efektif, lagi efisien. Dimana mudah mengumpulkan massa karena sudah berada di wilayah lingkup sekolahan, kemudian tepat sasaran karena mengajarkan sebuah ilmu serta pengalaman baru kepada para siswa yang sedang menimba ilmu.
Sasaran yang dituju pada pelatihan ini adalah siswa kelas 4, 5, dan 6. Yang mana dalam pelatihan ini diisi dengan dua sesi. Yang pertama adalah pengenalan tentang sejarah batik, menjelaskan tentang definisi batik, yaitu kain yang dihias dengan gambar atau pola yang dibuat menggunakan lilin dan pewarna.
Prosesnya melibatkan menggambar atau menulis dengan lilin panas pada kain, lalu kain dicelup dalam pewarna. Bagian yang tertutup lilin tidak akan terkena pewarna, sehingga menciptakan pola yang indah. Batik adalah seni tradisional dari Indonesia yang sangat terkenal dan memiliki banyak macam pola dan warna. Kemudian perkembangan batik dari zaman Majapahit (abad ke-13 hingga 16), berkembang melalui pengaruh budaya India dan Tiongkok. Pada masa kerajaan Mataram dan di bawah pengaruh Islam, batik semakin terampil dengan pola simbolis.
Selama kolonial Belanda pada abad ke-19, batik mengalami perubahan dengan teknik batik cap dan tulis. Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, batik diakui sebagai simbol identitas nasional dan pada 2009 diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda.
Kini, batik terus berkembang dengan desain modern dan menjadi bagian penting dari fashion dan desain. Serta memberi contoh batik tradisional dan filosofinya, yang masih eksis hingga kini, seperti Batik Kawung Jogja, Batik Parang Jogja, Batik Sawat Solo, Batik Truntum Solo dan Batik Bayat Kelengan.
Sesi kedua adalah pelaksanaan pelatihan batik jumput. Secara sederhana, definisi dari batik jumput dalah teknik pewarnaan kain yang dilakukan dengan cara mencelupknnya ke dalam air, sehingga secara tidak langsung akan membentuk pola geometris. Hal ini sangatlah cocok untuk digunakan sebagai media pengenalan batik kepada anak-anak.
Proses step by step nya, mempersiapkan kain putih terlebih dahulu, dan pewarna kain, kemudian kain yang telah ada ditekuk menjadi persegi kecil atau segitiga. Sedangkan pewarna dilarutkan ke dalam air, aduk hingga larut secara merata. Apabila sudah masukkan kain ke dalam air yang sudah dicampur berwarna, celupkan berkali kali, dengan waktu tiap satu celupan selama 10 detik. Apabila dirasa warna sudah terlihat bagus, maka kain dibuka dan dijemur dibaah terik matahari.
Selama proses pelatihan ini, siswa sangat antusias karena ini merupakan pertama kalinya siswa diajari proses pembuatan batik jumput, pelatihan ini diharapkan dapat menumbuhkan kreativitas serta sebagai sarana pengenalan budaya adiluhung bangsa, agar para siswa yang masih berusia anak-anak dapat dididik sejak dini untuk mencintai warisan budaya bangsa.