Lihat ke Halaman Asli

Untuk Kita Renungkan Sejenak

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1390770289116637164

[caption id="attachment_308463" align="aligncenter" width="600" caption="Punggawa Sakha. Foto: Kapanlagi.com"][/caption]

Siapa yang tidak mengenal Sakha, ini adalah grup Nasyid yang sudah banyak mengeluarkan album. Sakha dibentuk pada tahun 2002 dengan album pertamanya bertajuk Allah yang Kucintai. Sakha digawangi oleh Novita Rizki  dan Atras Mafazi. Beberapa lagunya pernah menjadi soundtrack sinema religi. Lagu Mutiara Hati menjadi soundtrack sinetron berjudul Mutiara Hati yang dibintangi oleh artis cilik Novi Aulia, Inneke Koesherawati, dan Lucky Hakim. Selain itu, lagu “Ibu” juga pernah menjadi soundtrack sinema religi yang tayang di SCTV yang berjudul Surga di Telapak Kaki Ibu. Sinetron ini diproduksi oleh Indika Entertainment pada tahun 2003 silam yang dibintangi oleh Dessy Ratnasari.

Semua lagu Sakha memang menyejukkan hati dan dapat dijadikan bahan untuk “me-metaforsis” diri dari segala bentuk prilaku diri kita dari hal yang buruk menuju hal baik atau dari baik menuju yang lebih baik lagi, seperti anak yang durhaka terhadap Ibu, bagi yang masih enggan untuk berzakat, yang ingin menunaikan Ibadah Haji, dan lain-lain semuanya ada di lagu Sakha. Tapi ingat ini hanya sebagai media perantara saja, selebihnya ada di dalam al-Qur’an dan Hadis Nabi. Dari sekian banyak lagu yang ada di album Sakha, saya lebih suka lagu yang berjudul “Bulan dan Bintang”. Lagu yang berdurasi kurang lebih empat menit tersebut, diliris pada tahun  2012 yang terdapat dalam album Sakha bertajuk Allah Yang Esa.

Lagu Bulan dan Bintang mengingatkan kepada kita  betapa pentingnya Iman dalam diri dan sikap kita terhadap sesama. Dilagu tersebut disebutkan bahwa manusia di hadapan Allah lebih buruk daripada hewan jika tidak beriman dan tidak berbuat baik. Makna beriman tentu memercayai dan meyakini bahwa Allah itu ada. Konteks beriman yang dimaksudkan oleh Sakha dalam lagunya bukan hanya sekedar meyakini bahwa Allah itu ada, namun menjadi lebih luas dan menyebar pembahasannya jika kita melihat tafsir kitab-kitab para ulama, namun sekiranya itu saja dulu. Jika harus buka kitab lagi, maka pembahasannya akan masuk lebih dalam lagi, ke ranah fikih.

Di bait pertama Sakha membayangkan dirinya sebagi orang kaya raya yang memiliki uang seisi dunia, punya pangkat setinggi langit, dan memiliki kekuasaan seluas dunia. Hal yang diimpikan semua manusia. Sakha kemudian diingatkan oleh teman duetnya dalam lagu tersebut, yang mengatakan bahwa jika kita tidak beriman dan tak berbuat baik, di hadapan Allah kita lebih buruk dari hewan. Maksudnya, harta, jabatan, dan kekuasaan yang kita miliki tidak bernilai di mata Allah jika iman tidak dijadikan penopangnya. Bukan hanya Islam, saya pikir semua ajaran agama menganjurkan agar harta yang kita miliki dan kita peroleh hendaknya digunakan untuk hal-hal yang baik dan diperoleh dengan cara yang baik pula. Kedudukan/jabatan yang kita emban seyogyanya dilakukan dengan penuh tanggung jawab, dan kekuasaan yang kita miliki hendaknya mengayomi mereka yang lemah bukan untuk menindasnya.

Di bait kedua, Sakha kembali membayangkan dirinya sebagai orang yang miskin, yang tidak memiliki harta, jabatanpun tak ada, dan ia hanyalah orang biasa. Kembali diingatkan oleh teman duetnya, bahwa semua itu di hadapan Allah lebih indah dari bulan dan bintang jika kita tetap beriman dan tetap berbuat baik walau keadaan hidup kita serba kekurangan meski hanyalah orang biasa. Keimanan kita diuji di sini. Sejauh mana kita mampu untuk memertahankan keimanan kita dalam menghadapi keadaan hidup yang serba kekurangan.

Sekarang coba kita lihat betapa banyak pejabat bangsa kita yang doyan mengumpulkan harta. Meski sudah memiliki harta melimpah, jabatan yang tinggi, begitu juga kekuasaan, karena keimanan bukan penopangnya, yang terjadi malah mereka harus hidup di balik jeruji besi akibat kasus korupsi yang menghampiri. Mereka mungkin lupa, kalau hidup di dunia itu seperti peribahasa orang jawa “Wong urip iku mung mampir ngombe” yang artinya orang hidup itu hanyalah istirahat sejenak untuk minum”. Lihat pula, betapa menderitanya nasib saudara kita dalam liputan program reality show “Orang Pinggiran” dan “Jika Aku Menjadi” yang harus bekerja keras demi menyambung hidup. Mereka senang dan tetap tersenyum meski rupiah yang didapat hanya sanggup untuk kebutuhan hidup sehari. Mengapa mereka berkata demikian? Karena keimanan mereka lah yang kokoh.

Semoga lagu Sakha “Bulan dan Bintang” ini menjadikan kita sebagai bahan renungan khususnya para pemimpin bangsa dan saya pribadi untuk lebih menanamkan keimanan yang tinggi dalam diri kita untuk segala kondisi kehidupan kita. Tentu kita tidak ingin dinilai lebih buruk dari hewan oleh Sang Khaliq hanya karena keimanan kita yang mudah dikalahkan oleh nafsu dunia dan sikap kita yang enggan peduli terhadap sesama. Semua manusia tentu berharap di hadapan Sang Khaliq kita lebih indah dari bulan dan bintang. Oleh karena itu, ingat “Jadikan iman sebagai penopang dalam kehidupan kita. Sikap empati dan rasa peduli kita terhadap sesama untuk selalu diperhatikan lagi”.

Semoga bermanfaat Sob . . . :)

Bagi yang ingin mendowload lagu Sakha “Bulan dan Bintang”, silakan download di sini!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline