Lihat ke Halaman Asli

Hebat, BWF Menyempurnakan Teknologi Hawk Eye

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1397493362686481160

Hebat dan cepat! Mungkin ini yang pantas diucapkan kepada pengurus organisasi perbulutangkisan dunia, BWF. Berbagai upaya dilakukan agar olahraga tepok bulu ini diminati kalangan orang banyak. Di tahun 2009 lalu, BWF mengeluarkan aturan kepada para pemain bulutangkis khususnya wanita, untuk mengenakan rok saat bertanding. Namun, hingga kini aturan tersebut masih belum berjalan dengan baik pelaksanaannya karena beberapa negara adidaya olahraga bulutangkis seperti China, Indonesia, dan Denmark telah menyatakan ketidaksetujuan akan aturan tersebut.

Di awal tahun 2013 lalu, kembali BWF menyatakan rencananya untuk menggunakan sistem hawk aye (mata elang) untuk membantu wasit dalam pertandingan ketika salah satu pemain tidak menganulir keputusan hakim garis mengenai poisisi in atau out shutlekock. Meski sempat menunda pelaksanaannya, teknologi hawk eye akhirnya resmi digunakan pertama kali dicabang olahraga tepok bulu ini di Malasya akhir Desember 2013 kejuaraan BWF Wolrd Supersereis Final. Sebelumnya saya pernah menulis tentang penggunaan hawk eye ini yang menurut saya masih kurang sempurna (baca). Ditulisan tersebut saya mencoba membandingkan penggunaan hawk eye di cabang tennis dan bulutangkis. Ada perbedaan signifikan dari kedua cabang olahraga ini yakni salah satunya tayangan ulang/review pertandingan. Saat kejuaraan All England, review hawk eye tidak menampilkan gambar tiga dimensi sehingga seringkali hasilnya tidak tepat. Contoh ketika final All England ganda putra bulan Maret lalu antara Hendra/Ahsan melawan Endo/Hayakawa, ketika skor 20-17 digame kedua:

[caption id="attachment_319994" align="aligncenter" width="536" caption="Hasil capture print screen pertandingan Ahsan/Hendra vs Hayakawa/Endo saat final All England 2014"][/caption]

Panitia menyatakan kalau shutlekock out, padahal kalau dilihat secara seksama posisi shutlekock nampak menyentuh garis. Komentator pertandingan pun menyatakan it's in it's in.

Kini atlet bulutangkis dunia tidak akan merasakan apa yang dialami oleh Hendra/Ahsan kala itu, karena teknologi hawk eye telah disempurnakan oleh BWF. Sama halnya dengan tennis, review ulang menggunakan gambar tiga dimensi. Jadi posisi shutlekock lebih mudah dilihat dan tetap dianggap in meski hanya menyentuh sedikit garis. Di kejuaraan Singapore open yang baru usai penyelenggaraannya minggu 13 April, adalah  kejuaraan yang pertama merasakan perubahan teknologi hawk eye ini. Salah satu contohnya ketika pertandingan semifinal tunggal putra antara Simon Santoso melawan Du Pengyu digame ketiga saat skor 17-14:

[caption id="attachment_319997" align="aligncenter" width="630" caption="Hasil capture print screen pertandingan  Simon Santoso vs Du Pengyu saat semifinal Singapore open 2014"]

13974942701034221497

[/caption]

Dengan tayangan seperti di atas, pemain tidak akan merasa dirugikan oleh keputusan hakim garis. Selamat kepada BWF yang telah menyempurnakan teknologi mata elang (hawk eye), dengan demikian upaya untuk mengangkat olahraga bulutangkis agar sejajar dengan olahraga tennis dapat terlaksana.

Salam bulutangkis.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline