Lihat ke Halaman Asli

Defisiensi Vitamin C, Apa Ciri-Ciri dan Dampaknya?

Diperbarui: 11 Januari 2023   21:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Vitamin C merupakan nutrisi esensial yang tidak dapat disintesis oleh manusia karena tidak adanya enzim utama pada jalur biosintesis (Burns, 1957; Nishikimi et al., 1994). Vitamin C merupakan senyawa asam askorbat yang larut dalam air serta penting dalam melakukan beberapa reaksi penting dalam tubuh (Dhariwal et al., 1991). Vitamin C memiliki fungsi penting pada otak sebagai antioksidan, neuromodulator, serta dalam pembentukan sel darah merah baru (Hansen et al., 2014). Selain itu, vitamin C memiliki peran penting dalam sel khususnya terhadap sistem imum dalam tubuh, seperti menstimulasi migrasi neurophil pada daerah yang terinfeksi, meningkatkan sifat fagosit serta menjaga agar jaringan sel tidak mengalami kerusakan berlebih (Carr & Maggini, 2017).

Dilansir Douglas et al., (2004), jumlah vitamin C yang diperlukan pada orang dewasa umur diatas 19 tahun 90 mg untuk pria dan 75 mg untuk wanita. Wanita yang sedang hamil dan menyusui memerlukan jumlah vitamin C yang lebih banyak dari biasanya yaitu 85 mg dan 120 mg seharinya. Kelebihan mengonsumsi vitamin C tidak berbahaya untuk kesehatan, tetapi jika mengonsumsi lebih dari 200 mg sehari akan menyebabkan masalah pencernaan dan diare.

Lalu, bagaimana jika kekurangan atau defisit pengonsumsian vitamin C? Kekurangan vitamin C dapat mengakibatkan penyakit scurvy atau penyakit kudis (Brickley & Ives, 2018; Doll & Ricou, 2013). Penyakit ini didefinisikan sebagai konsentrasi serum yang kurang dari 11,4 mol/L. Penyakit ini diakibatkan oleh kurangnya mengonsumsi vitamin C selama 8 hingga 12 minggu. Ciri-ciri penyakit ini adanya anoreksia, iritabilitas, sulitnya luka untuk sembuh, gigi bengkak, bentol-bentol akibat pendarahan dan memar dari pembuluh darah yang rusak, serta rambut rontok. Selain penyakit tersebut, kekurangan vitamin dapat mengakibatkan depresi, kelelahan, serta anemia (Douglas et al., 2004; Mayland et al., 2016).

Untuk mencegah penyakit kekuarang vitamin C, masyarakat dapat mengonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang kaya akan vitamin. Contohnya adalah jeruk, lemon, anggur, paprika, stroberi, tomat, dan brokoli (Douglas et al., 2004). Sayur dan buah-buahan yang kaya akan vitamin C sebaiknya disimpan pada suhu ruang yang tidak terpapar matahari ketika sudah dikupas. Hal ini disebabkan oleh sifat vitamin C yang mudah rusak jika terkena cahaya dan panas yang tinggi. Sifat vitamin C yang mudah larut dalam air pun harus menjadi pertimbangan bagi masyarakat dalam melakukan pengolahannya. Pemasakan yang menggunakan pemanasan yang lama dan air yang banyak perlu dihindari untuk menjaga kadar vitamin C tetap terjaga (Dhariwal et al., 1991; Douglas et al., 2004).

REFERENSI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline