Lihat ke Halaman Asli

Yusra Ulya

Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyyah Madani Yogyakarta

Komunikasi Kepemimpinan Hasta Brata Sebagai Inovasi Guru PAI Berbasis Kearifan Lokal

Diperbarui: 15 Juli 2024   10:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Artikel ini bertujuan untuk medeskripsikan komunikasi kepemimpinan "Hasta Brata" sebagai inovasi guru pendidikan islam berbasis kearifan lokal. Tulisan ini menggunakan analisis studi pustaka dengan penelusuran sumber-sumber primer dari buku, artikel, dan jurnal. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam dunia pendidikan, kepemimpinan menjadi penentu berhasil tidaknya sebuah lembaga pendidikan. 

Pemimpin laksana nahkoda dalam menunjukan kemana arah tujuan yang akan dituju. Dalam konteks kearifan lokal enam dari delapan  model kepemimpinan Hasta Brata-Jawa memiliki karakteristik kepemimpinan guru dalam berkomunikasi yaitu Kisma (tanah), Tirta (air), Dahana (api), Samirana (angin), Surya (matahari), Kartika (bintang) Sehingga dalam mewujudkan komunikasi kepemimpinan guru pendidikan islam yang efektif, unsur karakteristik dari kepemimpinan Hasta Brata-Jawa bisa menjadi tolak ukur guru dalam mendidik.

 

 

PENDAHULUAN

Kepemimpinan dalam konteks pendidikan tidak lagi sekadar tentang otoritas dan hierarki belaka, tetapi juga melibatkan kemampuan untuk menginspirasi, membimbing, dan menciptakan perubahan positif dalam komunitas pendidikan. Di tengah dinamika globalisasi dan kemajuan teknologi, guru pendidikan agama Islam (PAI) dihadapkan pada tuntutan untuk tidak hanya mengajarkan materi agama, tetapi juga menjadi agen inovasi yang mampu mengintegrasikan nilai-nilai lokal ke dalam pendidikan mereka. 

Komunikasi kepemimpinan Hasta Brata, yang memiliki akar dalam ajaran kearifan lokal, menawarkan pendekatan yang unik dan berkaitan dalam menghadapi tantangan ini. Hasta Brata, dalam konteks Jawa, merujuk pada etika kepemimpinan yang didasarkan pada keselarasan, kearifan, dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam konteks kepemimpinan guru PAI, konsep ini dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan hubungan yang harmonis dengan murid, rekan kerja, dan stakeholdernya.

Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana komunikasi kepemimpinan Hasta Brata dapat diaplikasikan sebagai inovasi dalam konteks pendidikan agama Islam. 

Melalui pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai kearifan lokal, diharapkan guru PAI dapat memperkaya pengajaran mereka dengan membangun koneksi emosional dan intelektual yang lebih dalam dengan siswa, serta meningkatkan partisipasi aktif dalam kehidupan keagamaan dan sosial mereka. 

Dalam pembahasan ini, akan dibahas juga mengenai hakekat komunikasi dan kepemimpinan dalam pendidikan. Selain itu, akan diberikan juga contoh aplikatif dari ayat, hadist, atau sejarah islam mengenai praktik terbaik yang dapat diadopsi oleh guru PAI untuk mengembangkan kompetensi kepemimpinan Hasta Brata dalam kegiatan sehari-hari di sekolah.

Dalam kacamata Islam kepemimpinan sangatlah penting sehingga memiliki perhatian yang sangat besar. Bahkan begitu pentingnya kepemimpinan ini, mengharuskan setiap perkumpulan itu memiliki pimpinan, bahkan perkumpulan dalam lingkup kecil sekalipun. Nabi Muhammad bersabda "dari Abu Said dari Abu Hurairah bahwa keduanya berkata, Rasulullah bersabda, "Apabila  tiga orang keluar bepergian, hendaklah mereka menjadikan salah satu sebagai pemimpin." (HR.Abu Daud)[1]. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline