Lihat ke Halaman Asli

Yusran Darmawan

TERVERIFIKASI

Berkat Kompasiana, Aku Jadi Editor Buku Jusuf Kalla

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1389227203442095685

[caption id="attachment_314738" align="aligncenter" width="576" caption="buku Inspirasi JK yang kueditori telah diterbitkan oleh Noura (Mizan)"][/caption]

TAK disangka, rajin menulis di ranah blog Kompasiana bisa membuka banyak peluang. Setelah sebelumnya aku memenangkan beasiswa ke luar negeri berkat konsistensi menulis, dua bulan lalu aku mendapatkan satu anugerah baru. Aku diminta menjadi editor pada buku yang ditulis oleh mantan Wapres Jusuf Kalla (JK). Hari ini, aku akhirnya bisa menimang buku itu. Lebih bahagia lagi ketika menemukan namaku tercantum sebagai editor buku atas sosok yang pernah jadi aktor kunci atas banyak kejadian di negeri ini.

***

SEMUANYA dimulai dari email sebuah penerbit besar. Dua bulan silam, aku terkejut ketika mendapati email yang isinya adalah permintaan untuk menjadi editor sebuah buku yang ditulis JK. Artikel itu dipilih dari tulisan JK, serta bahan ceramah ataupun kesaksian JK atas berbagai peristiwa semasa dirinya menjadi wapres.

Mulanya aku ingin menolak. Maklumlah, aku bukanlah seorang editor profesional. Pengalamanku adalah mengedit beberapa buku lokal di Pulau Buton, tempatku berdomisili. Pernah pula aku mengedit buletin yang diterbitkan satu lembaga sosial. Aku merasa tak siap untuk langsung diposisikan setara dengan editor senior pada satu penerbit ternama di tanah air. Aku membayangkan standar serta kecermatan yang tinggi sebagai editor profesional.

Namun pihak penerbit itu meyakinkanku untuk mencoba kesempatan itu. Tadinya aku hendak menolak. Namun penerbit itu tak sedikitpun meragukan kemampuan mengeditku, sebab telah membaca hampir 200 artikel yang kutuliskan di ranah dunia maya. Mereka mengikuti gagasan demi gagasan yang pernah kubuat. Malah, mereka tahu hal-hal yang sifatnya pribadi, termasuk hari-hariku bersama keluarga. Mereka percaya bahwa aku adalah orang yang sangat layak untuk mengedit buku yang ditulis oleh seorang mantan wapres.

Yang membuatku kian bersemangat adalah penerbit itu juga menjanjikan imbalan materi yang cukup besar atas pekerjaan mengedit tersebut. Makanya, aku langsung mengiyakan. Aku menerima tantangan mereka untuk menjadi editor profesional. Setidaknya, tantangan itu bisa membuatku belajar banyak pada satu penerbit besar tanah air. Demi proses belajar itu, aku bersedia menerima risiko akan gagal, dianggap tak cukup punya visi atas buku yang akan terbit, serta atau dicap tidak mampu menjadi editor.

[caption id="attachment_314743" align="aligncenter" width="576" caption="mantan Wapres Jusuf Kalla pada satu kesempatan (foto: salam-online.com)"]

13892276831995102617

[/caption]

Tantangan itu sukses menaikkan adrenalin kerja keras. Meskipun awam pada dunia mengedit buku, aku berusaha untuk mempelajari kecakapan editorial. Bahwa yang terpenting adalah seorang editor mesti memiliki visi tentang buku yang akan diterbitkan, memahami kekuatan dan kelemahan setiap teks yang tengah digelutinya, serta sanggup untuk mengemas sesuatu menjadi lebih baik, lebih bertenaga, dan lebih menggerakkan. Seorang editor yang baik tak hanya merapikan kata demi kata. Ia harus bisa melihat sesuatu yang melampaui teks buku.

Hingga akhirnya, penerbit lalu mengirimkan semua naskah JK yang akan diedit. Aku lalu membenahi kata demi kata, menjahitnya dalam satu benang merah gagasan, lalu membentangkannya sebagai satu hamparan ide-ide yang renyah dan nikmat untuk dibaca. Aku memberikan koreksi editorial, serta masukan-masukan yang sekiranya bisa membuat tulisan-tulisan itu lebih menarik untuk dibaca.

Ternyata, tulisan-tulisan JK yang akan diterbitkan adalah tulisan-tulisan yang sebelumnya diposting di Kompasiana. Sepengetahuanku, JK adalah salah satu penulis yang cukup produktif, baik saat menjelang pemilihan umum (pemilu), maupun sesudahnya. Berbeda dengan politisi lain, JK tidak menulis sesuatu yang akademis. Ia menulis artikel dengan gaya khasnya yang santai, penuh canda, serta penuh substasi yang berguna bagi bangsa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline