Lihat ke Halaman Asli

Yusran Darmawan

TERVERIFIKASI

Mereka yang Susah Air di Atas Air

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14104069892130897966

[caption id="attachment_358483" align="aligncenter" width="576" caption="suatu siang di Pulau Badi"][/caption]

MEREKA yang tinggal di pulau-pulau berpasir putih di Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan, itu seakan tinggal di atas surga. Langit biru, pasir putih, lautan jerbih menjadi bagian dari keseharian mereka. Siapa sangka, di balik keindahan pulau-pulau itu terselip banyak kisah mengharukan tentang perjuangan demi menemukan sumber penghidupan hingga ke daratan-daratan yang jauh.

***

TAK lama lagi, perahu kecil yang kutumpangi akan sampai di Pulau Badi. Dari kejauhan, pulau itu nampak indah. Laut dan langit biru seakan mengapit pohon hijau dan pasir putih. Di kejauhan, aku melihat perahu nelayan serta anak kecil yang bermain di pasir putih. Pemandangannya sungguh menakjubkan.

Pulau Badi terletak di Desa Mattiro Deceng, Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkep. Dari Makassar, pulau ini bisa ditempuh hingga dua jam perjalanan. Pulau ini juga bisa dijangkau dari Pangkajene, ibukota Kabupaten Pangkep. Akan tetapi, lebih banyak orang yang berangkat dari Makassar. Penduduk pulau juga lebih banyak bepergian ke Makassar.

Bersama seorang fasilitator Destructive Fishing Watch (DFW), lembaga yang concern pada isu kelautan, serta penumpang lain, aku turun dari perahu. Ternyata ada beberapa jergen berisi air yang juga ikut diturunkan. Barulah kutahu kalau ternyata perahu itu juga memuat banyak jergen berisi air. Seorang warga pulau lalu menjelaskan tentang masalah yang mendera warga pulau. Ternyata mereka yang berdiam di sekeliling air itu justru mengalami masalah kesulitan mendapatkan pasokan air bersih. Meskipun berumah di tengah air, namun air tawar amatlah penting untuk dikonsumsi dan dimasak.

Haris, seorang warga pulau, menuturkan, bahwa meskipun demi mendapatkan air tawar yang layak diminum itu, mereka harus menempuh perjalanan selama dua jam berperahu ke Makassar. Bahkan di tengah musim ketika ombak mengaduk lautan, mereka harus tetap mendapatkan air bersih. "Kami mau gimana lagi. Air bersih adalah kebutuhan utama warga pulau. Tak mungkin mengharapkan sumur sebab airnya payau. Untuk minum dan masak, kami harus mendapatkan air bersih," katanya.

Dalam kunjungan singkat itu, aku menyempatkan diri berkunjung ke sekeliling pulau yang bisa dilakukan hanya dalam beberapa jam. Luas pulau hanya 6,50 hektar dengan jumlah penduduk sebanyak 402 kepala keluarga (KK). Lebih 90 persen penduduk pulau ini bekerja sebagai nelayan. Ada pula yang berprofesi sebagai pedagang pengumpul. Namun tak banyak.

Pulau ini memang cukup kondang sebagai kawasan konservasi karang. Sebelumnya, masyarakat kerap merusak karang dan memanfaatkannya sebagai bahan bangunan. Namun seiring dengan banyaknya program konservasi karang dari beberapa lembaga lokal dan internasional, maka kondisinya kini membaik. Beberapa tempat menjadi spot penyelaman. Di sini, dengan mudahnya ditemukan clown fish yang muncul dalam film Finding Nemo, serta beberapa ikan hiu.

[caption id="attachment_358484" align="aligncenter" width="576" caption="Pasir putih di Pulau badi"]

14104071271807990244

[/caption]

Banyaknya program konservasi itu amatlah kontras dengan ketersediaan prasarana di pulau ini. Sejauh yang kuamati dan saksikan, sentuhan pemerintah di pulau ini hanyalah dalam bentuk ketersediaan bangunan sekolah dasar. Di luar itu, nyaris tak ada sarana dan prasarana yang dibangun untuk warga pulau.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline