Lihat ke Halaman Asli

Yusran Darmawan

TERVERIFIKASI

Doraemon, Soft Power, dan Imajinasi

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14193024791361465535

[caption id="attachment_385195" align="aligncenter" width="606" caption="poster film (foto: www.showbiz.liputan6.com)"][/caption]

SETELAH menunggu lama, akhirnya saya bisa menonton film animasi Doraemon berjudul Stand by Me. Kisahnya sederhana, namun membuat saya terharu. Saya bernostalgia pada serial kanak-kanak yang tumbuh bersama jutaan anak di seluruh dunia ini. Namun film ini nampaknya tidak ditujukan untuk kanak-kanak. Buktinya, anak saya hanya terpaku sesaat, lalu setelah itu kembali bermain. Akan tetapi, ada banyak jejak yang membekas di hati ini.

Saya tiba-tiba saja mengingat kekuatan karakter Doraemon yang pernah dinobatkan Majalah Time sebagai Asian Heroes tahun 2002. Saya mengingat kemampuan kisah ini dalam membentuk imajinasi anak-anak Jepang untuk tumbuh sebagai bangsa yang unggul. Saya mengingat tulisan akademisi Shiraishi yang mengatakan bahwa kisah Doraemon adalah bagian dari soft power bangsa Jepang yang secara perlahan mencengkeram dunia.

***

PADA mulanya, Doraemon datang ke masa kini. Ia memiliki misi untuk menemani Nobita agar lebih sukses di sekolah. Ia hendak memperbaiki masa kini demi masa depan yang lebih gemilang. Selain itu, ia juga menakut-nakuti Nobita bahwa masa depannya kelam. Ia akan menikahi Jaiko, adik dari Jaian, musuh Nobita.

Nobita digambarkan sebagai seorang pelajar yang pemalas, selalu dikerjai oleh teman-temannya, dimarahi ibunya karena selalu mendapat nilai jelek dan selalu telat sekolah. Doraemon, kucing robot dari masa depan itu, datang membantu Nobita untuk mengatasi berbagai masalah.

Petualangan pun dimulai. Nobita mencoba baling-baling bambu yang bisa membawanya ke mana-mana. Ia memakai Pintu Ke Mana Saja agar tak terlambat ke sekolah. Ia juga meminta Doraemon mengeluarkan banyak alat dari kantung ajaibnya. Di situlah letak masalahnya. Ada banyak kelucuan serta skenario yang tak berjalan lancar. Atas semua kekonyolan itu, Nobita perlahan-lahan menemukan tekad untuk menjadi lebih baik.

Kisah Stand by Me ini disutradarai oleh Takashi Yamazaki dan Ryuichi. Mereka mengadaptasi serial yang dibuat oleh komikus terkenal, yakni Fujiko Fujio. Dari sisi kisah, film ini dibuat lebih dewasa. Beberapa adegan justru menampilkan sisi humanis, yang justru ditujukan untuk penonton dewasa.

Saya menduga, film ini ditujukan untuk para penggemar Doraemon yang sudah mulai dewasa. Film ini menjadi oase untuk bernostalgia sekaligus kembali merasakan indahnya masa kecil, ketika imajinasi bisa dikerek tinggi-tinggi. Film ini seakan memanggil para penggemar Doraemon untuk kembali mengingat ulang episode-episode mengharukan, lalu kembali menghangatkan cinta pada sosok ini.

Hangatnya cinta itu bisa kembali dirasakan saat menyaksikan beberapa adegan mengharukan ini. Di antaranya adalah saat Nobita bersama Shizuka di gua salju, saat Nobita hendak mengalahkan Jaian, saat ayah Shizuka memberi pesan bijak kepada anaknya tentang sisi humanis Nobita, hingga saat Nobita akhirnya bisa bertemu kembali dengan Doraemon setelah lama terpisah.

[caption id="attachment_385198" align="aligncenter" width="592" caption="Doraemon (foto: showbiz.liputan6.com)"]

1419302692839886592

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline