Tahun 2013 saya mulai menulis cerpen lagi dan mengirimkannya ke media massa, terutama media cetak. Salah satu media target yang saya kirim adalah Kedaulatan Rakyat (KR). Harian yang terbit di Yogyakarta ini banyak memuat cerpen dari cerpenis kenamaan.
Setelah saya cari tahu, yang membuat saya heran, adalah panjang karangan yang tidak lebih dari 5000 karakter (dengan spasi).
Sependek itu? Gampang dong bikinnya? Ternyata, bagi saya, cerpen yang terlalu pendek seperti itu malah tidak gampang. Setelah jadi berkali-kali harus diedit agar sesuai dengan ketentuan KR.
Media cetak pada dekade 2000-an ini memang sepertinya punya kebijakan baru. Gambar diperbesar, teks disedikitkan. Entah apa pertimbangannya. Tahun 1990-an saat saya lagi enak-enaknya menulis cerpen, panjang 12.000 sampai 14.000 karakter itu biasa. Tapi sekarang 11.000 karakter sudah kepanjangan.
Itu sekitar tiga tahun lalu ketika beberapa cerpen saya dimuatkan KR. Tahun ini saya mengirim cerpen ke KR sepertinya susah untuk lolos. Setelah saya pelajari cerpen-cerpen yang dimuat di sana, rupanya kebijakan KR berubah. Panjang cerpen kali ini tidak lebih dari 3.000 karakter. Sependek itu? Lebih gampang dong?
Coba saja, nulis cerpen sependek itu ada asyiknya. Langsung nulis ke inti persoalan dan endingnya mau bagaimana? Cerpen seperti apa yang diinginkan KR?
Sepertinya, cerpen dengan tema apapun, asal bagus, KR bisa memuatnya. Seperti apa cerpen yang bagus? Waduh, kalau itu panjang bahasannya. Sederhananya, baca saja cerpen-cerpen yang pernah dimuat KR, seperti itulah yang lolos diterbitkan.
Bagi yang ingin nyoba ngirim, ini alamat emailnya: naskahkr@gmail.com, cc ke jayadikastari@yahoo.com. Biasanya bila lolos seleksi beberapa minggu kemudian sudah tayang.
Sebagai gambaran, cerpen Di Taman Kota saya kirim tanggal 16 Maret dan dimuat tanggal 24 Maret 2019. Honornya Rp 250 ribu ditransfer seminggu kemudian. Nah, ngomong-ngomong masalah honor ini, saya merasa media cetak sekarang ini sedang krisis. Tapi nanti ceritanya.
Selamat mengirim dan semoga beruntung.