Kebiasaan lawas dengan meminta dipesan minuman atau makanan duluan saat membuat janji dengan teman di kafe maupun restoran harusnya dipertimbangkan kembali. Selain tidak fress pesanannya juga belajar untuk lebih santai tentunya menunggu layanan di kafe atau resto tempat kita bertemu. Sebelumnya mungkin terlihat aneh bagi saya atau teman-teman semua bila saat menjalankan aktivitas melihat ada orang yang minuman kopinya atau teh saja dibawa dari rumah. “ Ini orang belagu banget ya “ atau serapah dongkol lainnya yang terlintas dipikiran saat melihat hal seperti itu .
Pemikiran menjaga perasaan teman dan gaul tetap harus menjadi budaya, namun tak ada salahnya untuk lebih selektif, terutama dalam berteman atau mengkonsumsi makanan atau minuman di ruang public.
Tak terkecuali Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang juga lebih selektif dengan menolak minuman air putih yang diberikan oleh staf protokoler DKI saat memberikan pengarahan kepada puluhan pegawai negeri sipil (PNS) DKI terkait pengamanan ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA), Selasa (2/2/2016).
** Bagaimana tidak, mengawali tahun 2016 perhatian publik di Indonesia tersedot dengan kasus kematian Wayan Mirna Salihin (27) yang meregang nyawa setelah meminum es kopi vietnam yang ternyata mengandung zat arsenic berupa sianida. Temu kangen bersama temannya yakni Hani dan Jessica menjadi saat terakhir keluarga Mirna kehilangan dirinya. Polisi kemudian menetapkan Jessica sebagai tersangka kasus itu pada Jumat (29/1/2016) dan menangkap ia keesokan harinya.
Tapi tentunya bisa saja dalam suatu waktu kita dihadapkan dengan keadaan yang mungkin membuat kita sulit untuk menghindar. Misalnya harus bertugas di daerah yang mungkin asing bagi kita dan tak mungkin bagi kita untuk menolak .
Belajar dari kebiasaan kampung sendiri, di Kepulauan Manipa Kabupaten Seram Bagian Barat yang merupakan salah satu kecamatan terpencil di Maluku.
Letaknya memang tersendiri dan hanya bisa dijangkau kurang lebih 5 jam dengan menggunakan speed boad dan terkadang menantang ombak yang tidak kompromi membuat tak banyak orang ingin mengunjunginya.
Selain itu juga bukan rahasia bagi sebagian orang di Maluku yang tahu bahwa daerahku terkenal sejak zaman ‘bahoela’ dengan ilmu hitam, ataupun memiliki ilmu suanggi yakni orang yang memiliki kemampuan ilmu hitam dan diperoleh karena melakukan persekutuan bersama setan.
Lengkaplah sudah image yang terus berkembang itu. Tak lekang di makan zaman, keluarga besarku yang juga adalah masyarakat di Pulau Manipa terus berupaya untuk menghilangkan persepsi buruk itu dengan cara selalu ramah melayani siapapun bila berkunjung ke Manipa.
Salah satu diantaranya adalah apabila ada tamu yang berkunjung maka tuan rumah akan menyajikan minuman dalam ceret atau teko dan akan dituangkan langsung didepan sang tamu . Selain itu, tentunya tuan rumah akan minum bersama dengan harapan tentunya tamu tidak akan sungkan untuk mencicipi suguhan tersebut.
*** Selain itu keramahan menerima tamu terkadang membuat siapapun yang berkunjung menjadi betah bahkan tidak sedikit tamu serta pendatang atau dikenal dengan sebutan orang dagang menjadi betah karena keramahan masyarakat di Kepulauan Manipa juga tentunya karena sumber daya alamnya yang berlimpah dan tentunya memikat .