Menurut Indra Charismiadji, seorang pengamat pendidikan pada acara Hitam Putih (7/4/2020), dalam bidang literasi Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara yang di survey. Hal ini membuktikan bahwa literasi di Indionesia masih sangat rendah, yang berdampak pada pendidikannya.
Apa penyebabnya?
Ini disebabkan karena orang tua memiliki pola pikir bahwa guru di sekolah, di les dan di bimbel telah mengambil alih dalam pendidikan anak, sehingga mereka merasa anak lebih baik dalam pengetahuan.
Jadi disaat anak belajar secara daring (dalam jaringan) seperti sekarang ini, banyak orangtua yang merasa stres dan bingung, karena selama ini telah memberikan kuasa penuh kepada guru dalam hal pendidikan.
Pola pikir ini salah, karena orang tua berperan penting untuk membentuk anak menjadi literat.
Di negara Finlandia sebagai negara literasi nomor 1 didunia menerapkan orang tua untuk mengambil alih pendidikan anak-anak mereka.
Mereka membiasakan diri untuk membaca bersama dengan anak-anak dan membahas isi dari bacaan itu bersama. Hal ini dapat meningkatkan rasa keingintahuan anak dalam suatu bacaan dan membangun kebersamaan dalam keluarga, sehingga hubungan keluarga menjadi lebih erat.
Apa yang harus dilakukan untuk menjadikan anak literat?
Ubah mindset tentang pendidikan anak bergantung kepada guru. Karena orangtua juga cerminan anak dalam berperilaku. Orangtua yang rajin membaca dapat menularkan perilaku itu kepada anaknya.
Rajin mengunjungi perpustakaan bersama anak sebagai ganti tempat rekreasi di saat liburan. Kegiatan ini bisa menumbuhkan rasa keingintahuan anak akan bahan bacaan yang ada dan ajaklah anak untuk membuat resume dari bacaan yang dia baca serta diskusikan.
Pilihlah bacaan yang ringan sesuai dengan usia anak. Jangan pernah memaksa anak untuk membaca bahan bacaan yang kurang disukainya, karena ini akan membuat anak menjadi tertekan dan merasa di jajah oleh orangtua.