Lihat ke Halaman Asli

Yusnia Agus Saputri

Mom Blogger | Sarjana Pendidikan

Diary Melankolis

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Sepertinya, aku memang ditakdirkan untuk menulis. Seperti ada yang hilang saat aku mencoba melupakan hobby maupun  kebiasaan pada diri untuk menulis. Dan tak ubah, aku seperti manusia yang hidup tanpa nyawa. Aneh bukan? Namun, inilah yang aku rasa. Daya aksara ini seperti telah benar-benar berhasil mengunci jiwaku hanya untuk mencintainya. Terus saja membimbing jemari-jemari kurusku untuk kembali menoreh kisah meski lewat aksara yang sama.
***
Hemm.. Terkadang aku juga sering berfikir.. bagaimana mungkin sosok gadis yang dulu begitu periang, hanya dalam waktu sesaat semua berubah dan merubah total hidupku. Satu persatu hilang dan berubah. Entah dengan sendirinya atau mungkin memang sudah saatnya, ia beranjak pergi satu persatu secara perlahan untuk meninggalkan hidupku.
Lemah? Mungkin aku memang lemah. Kuakui sifat yang kuanggap ini sebagai salah satu kekurangan atau hal wajar yang ada padaku sebagai seorang wanita. Tetapi mungkin dengan adanya kelemahan ini, aku belajar untuk mengeja bagaimana caranya agar aku bisa menjadi kuat. Kuat di atas lemahnya diri sendiri. Kuat di atas semua hal. Meski kerap terkadang rapuh. Tetapi aku punya MIMPI. Walau katanya, itu semua hanya bisa membuatku seperti tak ubahnya sang pemimpi ulung. Handal dengan berbagai angan dan mimpi yang terangkum begitu banyak dan rapi tersusun pada diri yang tak mampu. Namun, ini aku. Tak jarang, aku sering berpikir.. mengapa mimpi-mimpi ini lebih memilihku untuk menjaganya dengan baik. Bukan hanya itu, melainkan juga memperjuangkannya.
Padahal, apalah aku ini ?
Tak lebih dari seorang wanita yang lebih memilih untuk menyepi, saat kesedihan benar-benar melingkupi hati. Lantas menangisinya dengan semua kekuatan atau energi tubuhku yang terkuras habis bersama sisa-sisa mimpi yang terasa semakin sulit untuk kuraih. Jauh.. sangat jauh.
Aku tak mencoba mencari alasan atau cara agar aku bisa tersenyum  maupun tertawa melawan kesedihan itu. Tidak. Sekalipun, bahkan sedikitpun aku tak pernah mencoba untuk bergeming darinya. Atau lagi-lagi aku harus menganggap. Ini sisi kelemahanku sebagai seorang wanita yang Melankolis, meski diam mengecam ceria pada sifatku yang dulu. Namun kini telah sirna.
Di kutip dari catatan diaryku
Pada : Senin, 02-Juli-2012.  Magelang




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline